Bisni.com, JAKARTA -- Industri mebel diperkirakan akan tumbuh sekitar 5% pada tahun ini. Namun demikian, bahan baku dipryeksi dapat menjadi masalah industri pada tahun ini jika tidak ditangani secara cepat.
Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) memprediksi industri mebel dan kerajinan dapat tumbuh sekitar 5% pada akhir tahun ini. Asosiasi menilai pencarian investor baru untuk menutupi pindahnya pabrik dalam negeri ke negara jiran dapat menjadi salah satu pendorong.
Namun demikian, Wakil Ketua HIMKI Abdul Sobur mengatakan asosiasi berharap industri dapat tumbuh lebih dari 5% pada tahun ini. Sobur berujar data terahir menujukkan industri berada di posisi US$1,7 miliar, sedangkan pada akhir tahun industri diproyeksi setidaknya mencapai US$2 miliar.
"Akhir 2019 bisa mencapai US$2 miliar untuk [industri] mebel dan mungkin US$900 juta untuk [industri] kerajinan. Jadi, US$2,9 miliar kalau digabungkan," paparnya kepada Bisnis pekan lalu.
Maka dari itu, Sobur mengutarakan asosiasi akan menggelar Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2019 pada 11--14 Maret. Ajang tersebut, ujarnya, akan menghadirkan 600 unit usaha industri mebel dan kerajinan dan 12.000 calon pembeli dari 127 negara.
Sobur mengemukakan asosiasi menargetkan pameran tersebut dapat membukukan transaksi perjanjian dagang awal senilai US$300 juta. Adapun, lanjutnya, perjanjian dagang dari pameran tersebut secara total dapat membukukan US$700 juta hingga akhir tahun ini.
Sobur berujar tujuan lain dari pameran tersebut adalah untuk mencarikan pembeli bagi industri mebel dan kerajinan dalam negeri yang belum mendapatkan pembeli dengan kontrak jangka panjang. "Sehingga, kalau dari pameran kami bisa kejar transaksi di atas US$1 miliar," ujarnya.
Seperti diketahui, beberapa tahun terakhir banyak pabrik mebel dalam negeri yang hengkang ke negeri jiran. Alhasil, kapasitas produksi dalam negeri berkurang yang menyebabkan nilai ekspor turun senilai US$300 juta.