Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

5 Hal Menarik Perhatian Pasar Hari Ini

Saham Amerika Serikat melemah sementara dolar terus menguat di tengah kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan global. Berikut adalah beberapa hal yang menarik perhatian pasar hari ini.
Bank sentral AS The Federal Reserve/Reuters-Larry Downing
Bank sentral AS The Federal Reserve/Reuters-Larry Downing

Bisnis.com, JAKARTA -  Saham Amerika Serikat melemah, sementara dolar terus menguat di tengah kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan global. Berikut adalah beberapa hal yang menarik perhatian pasar hari ini, Kamis (7/3/2019).

1. Trump Incar Dukungan dari Pasar Jelang Pemilu 2020

Presiden AS Donald Trump mendorong negosiator di Washington untuk menyelesaikan kesepakatan dagang antara AS dan China, dengan harapan kemenangan besar serta dampak yang dapat dirasakan efeknya oleh pasar saham akan menambah peluang Trump untuk ikut pada pemilu 2020.

Sejumlah narasumber mengatakan bahwa Trump terus memperhatikan peningkatan kinerja pasar yang bergerak sejalan dengan kemajuan pada pembicaraan dagang dengan China, kesepakatan dagang baru yang hingga kini belum tercapai dikhawatirkan dapat menyeret jatuh saham AS.

Staf Senior Gedung Putih tahu untuk terus memantau kinerja pasar ketika dipanggil ke Ruang Oval untuk berbicara dengan Trump karena presiden sering bertanya: "Apa yang terjadi dengan pasar?"

Perjanjian dagang baru juga akan memberi Trump kemenangan yang sangat dibutuhkan setelah pertemuan tingkat tinggi dengan pemimpin Korea Utara Kim Jongun yang ditutup tanpa kesepakatan.

2. Saham Melesu

Saham-saham di Asia nampaknya akan meredup pascapelemahan di Wall Street. Ekuitas AS jatuh ke level terednah selama tiga pekan di tengah kekhawatiran prospek pertumbuhan setelah data baru menunjukkan perlambatan ekonomi.

Perusahaan energi dan produk kesehatan mengalami kerugian terbesar pada indeks S&P 500, memberikan dampak pelemahan indeks terburuk tahun ini setelah laporan menunjukkan defisit perdagangan AS 2018 meningkat level tertinggi selama 10 tahun.

Di sisi lain, penerimaan pekerja baru di perusahaan swasta tercatat lebih sedikit karyawan daripada perkiraan analis bulan lalu.

Komoditas bergerak lebih rendah, dipimpin oleh minyak akibat penumpukan minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan. Obligasi pemerintah menguat karena investor mencari aset defensif, sementara Bloomberg Dollar Spot Index menguat untuk sesi keenam.

3. Bank Sentral Eropa akan Berikan Lebih Banyak Pinjaman ke Bank

Pejabat Bank Sentral Eropa bersiap-siap untuk memangkas perkiraan ekonomi mereka hingga tingkatan tertentu untuk menyalurkan pinjaman ke bank yang dinilai akan membantu meringankan kondisi keuangan di benua tersebut.

Rencana tersebut masih bersifat sementara, Gubernur ECB Mario Draghi mengumumkan hasil pertemuan dewan pembuat pembuat kebijakan, Kamis (7/3/2019).

ECB dan sejumlah bank sentral lainnya telah menanggapi perlambatan yang mencengkeram ekonomi global sejak tahun lalu.

The Fed memutuskan untuk menunda siklus kenaikan suku bunga, Bank Sentral Inggris juga telah memangkas prospek ekonomi mereka, sedangkan pemerintah China menurunkan target PDB mereka pekan ini.

4. OECD kembali Pangkas Proyeksi Pertumbuhan

Laporan OECD menunjukkan, ekonomi global mengalami penderitaan lebih dari yang dibayangkan pasar akibat ketegangan perdagangan dan ketidakpastian politik sehingga menyebabkan prospek ekonomi yang tidak pasti khususnya di Eropa.

"Ekspansi global terus kehilangan momentum," kata lembaga yang berbasis di Paris tersebut, ketika menurunkan peringkat ekonomi di hampir semua negara G20.

Proyeksi OECD lebih suram dari perkiraan IMF terhadap ekonomi di beberapa negara, terutama Zona Euro dan Inggris, dimana perkiraan kondisi geopolitik dan ekonomi dapat menjadi lebih buruk.

5. The Fed kembali wait-and-see

Kepala The Fed New York John Williams mengatakan bahwa AS dapat menunggu lebih lama sambil memperhatikan perlambatan pertumbuhan sebelum membuat kebijakan baru.

"Prospek dasarnya terlihat bagus tetapi berbagai ketidakpastian terus membayangi," kata Williams, Rabu (6/3), pada pidatonya di New York, seperti dikutip dari Bloomberg.

"Oleh karena itu, kami dapat menjadi lebih fleksibel dan menunggu data baru sebagai panduan kebijakan," tambahnya.

Dia mengutip gejolak pasar sebagai salah satu faktor yang membebani ekonomi, di samping perlambatan pertumbuhan global dan risiko geopolitik seperti Brexit dan sengketa perdagangan AS-China.

Pejabat Fed telah mengisyaratkan mereka ragu-ragu tentang apakah mereka akan terus menaikkan suku bunga tahun ini setelah kenaikan seperempat poin pada bulan Desember.

Keputusan tersebut berkontribusi terhadap gejolak pasar keuangan yang berlanjut hingga Januari.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper