Pembahasan Intensif Demi Capai Titik Temu
Suara maskapai tetap menjadi perhatian Ditjen Perhubungan Udara selaku regulator bidang penerbangan nasional. Polana B. Pramesti, Dirjen Perhubungan Udara menyebut pemerintah dengan TNI AU sedang intens melakukan pembahasan. "Intinya mereka sudah memberikan jalur [T1 existing]. Pembahasan kami belum final," kata Polana yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Bandar Udara Kemenhub.
Konektivitas rute T1 untuk Jawa bagian barat dan tengah sudah disepakati kedua pihak. Namun, untuk bagian timur, khususnya ruang udara Pangkalan Udara Iswahyudi di Madiun belum menemui titik temu.
Pihak maskapai, lanjut Polana, meminta untuk dilakukan pemangkasan titik koordinat sehingga rute T1 bisa semakin pendek.
Pemotongan rute yang bisa menghemat jarak tempuh sekitar 300 Km tersebut berisiko tumpang tindih dengan kepentingan ruang udara Lanud Iswahyudi di Madiun. Dalam periode tertentu ruang udara tersebut digunakan untuk aktivitas militer maupun pelatihan.
Di sisi lain, Panglima Komando Operasi Angkatan Udara I Marsekal Muda TNI Fadjar Prasetyo menyebut perumusan setiap koordinat pada rute T1 pada dasarnya sudah mengutamakan efisiensi dan keamanan penerbangan.
"Rute tersebut sudah mengakomodasi kepentingan militer dan maskapai. Pergeseran untuk menghindari ruang udara militer itu sudah ditetapkan untuk meningkatkan safety juga dan tidak terlalu berpengaruh terhadap efisiensi penerbangan," kata Fadjar.
Menurut penulis, optimalisasi rute T1 ini memang tidak bisa dilakukan dan dirasakan manfaatnya secara singkat. Bagaimanapun, maskapai tetap mengalkulasi pertumbuhan permintaan penumpang sepanjang wilayah tersebut sembari pemerintah menyelesaikan pembangunan bandara sekitar dan infrastruktur pendukung.
Efisiensi dan efektivitas merupakan hal utama bagi maskapai agar bisa menyediakan layanan yang terjangkau tanpa menjadi beban operasional penerbangan. Pemerintah harus mampu mengakomodasi kepentingan bisnis maskapai dan keselamatan penerbangan.