Bisnis.com, JAKARTA -- Pascamenghadiri Special Ministerial Comittee Meeting (MCM) 2019 of the International Tripartite Rubber Council (ITRC) di Bangkok, Thailand pada Jumat (22/2), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengumpulkan pengusaha karet Tanah Air.
Berdasarkan agenda resmi Kemenko Perekonomian, pertemuan tersebut dijadwalkan akan digelar di Gedung Ali Wardhana, Kemenko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng Timur 2-4 Jakarta Pusat, Senin (25/2) mulai pukul 16.30 wib.
Namun demikian, sebelum jam pertemuan dengan pengusaha karet itu, Menko Darmin juga dijadwalkan memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) Kebijakan Peningkatan Serapan Karet Dalam Negeri, pukul 13.30 WIB.
Sementara itu, berdasarkan keterangan resmi Kemendag yang diperoleh Bisnis, Jumat (22/2) malam, tiga negara anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC), yakni Indonesia,Thailand dan Malaysia sepakat memangkas ekspornya.
Kesepakatan tersebut untuk membantu mengatrol harga karet global. Ketiga negara bersedia memangkas ekspornya 200.000 ton--300.000 ton pada tahun ini dalam kerangka agreed exports tonnage scheme (AETS).
"Negara anggota akan mengutus masing perwakilan senior di ITRC untuk membahas detil kebijakan ini dalam dua pekan ke depan," seperti dikutip dari keterangan resminya.
Dalam pertemuan itu, para negara anggota sepakat, harga karet global telah mengalami tekanan dan berada di level yang rendah sejak 2018 hingga awal tahun ini.
Ketiga negara mengakui harga karet sedikit mengalami kenaikan mulai pertengahan Desember 2018. Hanya saja fenomena itu dinilai belum cukup memulihkan industri karet di ketiga negara.
Selain itu dalam pertemuan tersebut, baik Indonesia, Thailand dan Malaysia sepakat untuk menaikkan konsumsi domestik karetnya, untuk membantu mengerek harga komoditas itu.
Thailand berjanji akan menambah konsumsi karet domestiknya sebesar 270.000 dari proyeksi tahun ini sebanyak 700.000 ton.
Malaysia menjanjikan akan menyerap karetnya untuk proyek jalan raya nasional. Negeri Jiran itu mengaku menyiapkan dana 10 juta ringgit.
Sementara Indonesia berjanji akan menggunakan karet produksi petani untuk sejumlah proyek infrastruktur pemerintah.
Selain itu, ketiga negara juga sepakat mempercepat proses peremajaan perkebunannya.
Thailand menargetkan peremajaan perkebunannya hingga 65.000 hektare. Sementara Indonesia 50.000 hektare dan Malaysia 25.000 hektare.
"Perjuangan Indonesia untuk memberlakukan skema AETS akhirnya disetujui. Tinggal bagaimana skema itu didetilkan pelaksanaannya, sehingga tingkat kepatuhannya meningkat dari tahun-tahun sebelumnya," ujar Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kemendag Kasan Muhri, kepada Bisnis.