Bisnis.com, JAKARTA - Prospek pasar tembaga pada tahun ini dinilai masih positif kendati sempat terjadi penurunan harga yang cukup tajam pada paruh kedua 2018.
Mengutip data dari London Metal Exchange (LME), pergerakan positif untuk tembaga dimulai sejak Oktober 2016. Kala itu, harga tembaga masih berada di kisaran US$4.000 per ton dan terus menanjak hingga kisaran US$7.000 ton pada Juni 2018.
Setelah itu, harga mulai merosot hingga mencapai US$5.810,5 per ton pada 3 Januari 2019. Setelah itu, harga batu bara kembali naik hingga US$6.269 per ton pada penutupan perdagangan Senin (18/2/2019)
Ketua Indonesian Mining Institute (IMI) Irwandy Arif mengatakan prospek pasar tembaga dari sisi harga masih positif. Menurutnya, sejak tahun lalu, terjadi permintaan tembaga yang cukup tinggi.
"Proyek-proyek tembaga mulai bergeraj, permintaan bergerak naik, demikian pula hrga rata-rata di tahun 2016, 2017, dan 2018," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (19/2/2019).
Sejalan dengan prospek tersebut, perundingan terkait perang dagang pun menjadi sentimen positif terhadap pasar tembaga.
Sebelumnya, seperti diberitakan Bisnis.com, Analis Asia Tradepoint Futures Dewa Cahyo Dewanto mengatakan perkembangan perundingan yang positif tersebut memberikan harapan bagi pasar bahwa China sebagai negara Industri importir tembaga terbesar di dunia diperkirakan akan mulai mengimpor tembaga lagi sehingga mengerek naik harga tembaga.
"Selain itu, perkembangan perundingan tersebut juga akan menekan dolar AS dan menaikkan pamor hampir semua logam, termasuk tembaga," ujarnya.