Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia memiliki peluang untuk mengejar ketertinggalannya dengan Vietnam dalam menggaet potensi ekonomi Korea Selatan melalui Indonesia-Korea Selatan CEPA (IK-CEPA).
Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukita mengatakan, Indonesia saat ini tertinggal jauh dari Vietnam dalam menjalin kerja sama perdagangan dengan Korea Selatan. Menurutnya, pada tahun lalu nilai perdagangan Vietnam dengan Korsel mencapai US$60 milia, sedangkan Indonesia dengan Korsel berkisar US$20 miliar.
“IK-CEPA akan menjadi peluang bagi kita untuk menggenjot perdagangan dengan Korsel. Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, nilai perdagangan kedua negara ditargetkan tumbuh menjadi US$30 miliar hingga 2022,” jelasnya, Selasa (19/2/2019).
Berdasarkan data Kemendag, nilai perdagangan Indonesia dengan Korsel mencapai US$18, 62 miliar pada 2018, atau tumbuh 14,08% secara year-on-year (y-o-y). Pada tahun lalu, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan dengan Korsel sebesar US$443,62 juta.
“Tidak ada ketakutan sama sekali IK CEPA ini akan membuat surplus neraca perdagangan kita dengan Korsel menjadi berbalik turun. Kita sudah hitung dengan benar peluang yang ada,” jelasnya.
Di sisi lain, Enggar menyatakan Indonesia berpeluang memiliki kerja sama ekonomi yang lebih mendalam dengan Korsel dibandingkan dengan negara pesaingnya.
Baca Juga
Pasalnya, Indonesia dan Korsel saat ini telah tergabung dalam Asean-Korea Selatan Free Trade Agreement (AKFTA). Selain itu, lanjutnya, kedua negara juga menjadi anggota Regional Comprehensive Economic Patnership (RCEP).
Dia menargetkan, perundingan IK CEPA dapat mencapai tahap konklusi pada November 2019. Dengan demikian, pelaksanaan pakta kerja sama ekonomi komprehensif ini dapat diaplikasikan setidaknya 6 bulan sejak konklusi, setelah melalui tahap ratifikasi di setiap negara.
Dia menyebutkan, selama ini komoditas ekspor utama Indonesia ke Korsel a.l. batu bara, tembaga, karet, kayu, serta minyak kelapa sawit. Sementara itu, Korea Selatan mengekspor produk minyak, kapal, serta barang elektronik ke Indonesia.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Luar Negeri Kemendag Iman Pambagyo menyebutkan, Indonesia akan mendorong komoditas perikanan, pertanian, tekstil, garmen, komponen kendaraan dan jasa untuk ditingkatkan ekspornya melalui pembebasan bea masuk.
Sementara itu, Indonesia akan membuka diri terhadap produk-produk asal Negeri Ginseng seperti otomotif, besi dan baja, elektronik dan produk kecerdasan buatan.
“Kami belum bisa ungkap detil produk-produknya untuk dikerjasamakan. Yang jelas kedua negara akan mencari produk-produk yang tidak masuk dalam AKFTA maupun RCEP,” ujarnya.
Sementara itu, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Korsel Kim Hyun-chong mengatakan, Indonesia merupakan negara mitra utama Korsel di Asia Tenggara. Dia berharap kerja sama dengan RI akan meningkatkan keikutsertaan kedua negara dalam rantai pasok global.
“Kami memiliki ketertarikan di bidang tekstil serta produk makanan dari Indonesia yang tumbuh dengan baik. Kami berharap kerja sama ini dapat selesai tepat waktu dan mampu meningkatkan daya saing kita di tingkat global,” ujarnya.