Bisnis.com, JAKARTA - Perum Bulog berencana mengembangkan 6—10 silo pada 2019 sebagai tempat persediaan jagung di pusat-pusat produksi. Kapasitas masing-masing silo berkisar 3.000—5.000 ton.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Tri Wahyudi Saleh menyampaikan, pihaknya akan mengembangkan 6—10 silo dan alat pengering untuk jagung. Kapasitas setiap silo berkisar 3.000—5.000 ton.
Lokasi pembangunan berasa di pusat-pusat produksi jagung di sejumlah provinsi, seperti Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo. Oleh karena itu, Bulog meminta rekomendasi dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.
“Kita perlu jumlah daya tampung yang pasti. Makanya minta rekomendasi Kementan dimana sentral produksi jagung. Saat ini sedang proses mencari tanah dan studi kelayakan,” ujarnya kepada Bisnis.
Pembangunan silo tersebut akan dilakukan pada 2019 dan diharapkan rampung segera. Dana pengembangan berasal dari penyertaan modal negara (PMN) yang dikucurkan sejak 2017.
Saat ini, Bulog belum memiliki silo sebagai tempat penyimpanan khusus jagung. Adapun, jumlah persediaan jagung kini mencapai 160.000 ton.
Pihaknya juga tengah menunggu impor jagung perdana pada 2019. Diharapkan persediaan datang pada Maret 2019 sebelum masa panen raya.
Program penambahan silo termasuk dalam perencanaan Bulog untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan komoditas pangan menjadi 4,5 juta ton dalam 2 tahun ke depan. Saat ini kapasitas gudang mencapai 3,9 juta ton.
Terkait dengan serapan jagung dari produsen, Tri mengakui Bulog kesulitan karena tingginya harga. Namun demikian, hal ini tentunya menguntungkan pihak petani.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 58 Tahun 2018, harga acuan pembelian jagung di tingkat petani sebesar Rp3.150 per kilogram (kg) dan di tingkat pabrik pakan sebesar Rp4.000 kg. Saat ini, harga jagung mencapai Rp5.000—6.000 per kg.
Dalam pipeline Bulog pada 2017, perusahaan berencana meningkatkan nilai tambah hasil panen jagung melalui teknologi pengeringan modern dengan pembangunan 11 unit Drying Centre dan 64 unit penyimpanan (silo) jagung di sentra produksi.
Namun demikian, Perum kemudian mengusulkan rencana pengalihan pengembangan silo menjadi gudang modern ke Kementan. Gudang modern tersebut dapat menampung sejumlah komoditas utama seperti beras, kedelai, dan gula.