Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri elektronik berharap suhu politik pada pemilihan umum 2019 tidak memanas agar bisnis dapat berjalan dengan baik.
Presiden Direktur PT Star Cosmos (Cosmos) Dharma Surjaputra mengatakan sepanjang tahun lalu kinerja bisnis elektronik cukup baik, terutama didorong permintaan menjelang Hari Raya Lebaran. Namun, bisnis pada tahun ini, yang merupakan tahun politik karena diselenggarakan pemilu, sulit diprediksi.
“Kami berharap suhu politik tidak memanas, sehingga bisnis tetap berkembang dengan baik,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (13/2/2019).
Menurutnya, permintaan produk elektronik untuk rumah tangga masih berpeluang tumbuh dengan jumlah rerata pernikahan sebanyak 2 juta pasangan per tahun serta adanya program pembangunan sejuta rumah oleh pemerintah.
Peluang tersebut mau tak mau juga menarik pelaku asing masuk ke pasar Indonesia. Dia mengatakan produk elektronik impor mengancam bisnis produsen dalam negeri karena harga yang dipasarkan lebih murah kendati mengorbankan kualitas produk.
Guna menangkal produk impor, Dharma berharap pemerintah konsisten menerapkan kebijakan pengetatan bea cukai dan meningkatkan pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI). Adapun, bagi para produsen, dia mengatakan ada beberapa upaya yang harus dilakukan agar dapat bersaing dengan produk impor.
"Industri dalam negeri harus meningkatkan teknologi, kualitas sumber daya manusia, dan melakukan inovasi," katanya.
Pada tahun lalu, pemilihan kepala daerah yang dilakukan di beberapa wilayah menjadi salah satu pendorong permintaan produk elektronik karena memengaruhi uang yang beredar dan daya beli masyarakat. Produk elektronik yang menikmati peningkatan cukup baik pada 2018 adalah televisi.
Andry Adi Utomo, National Sales Senior General Manager PT Sharp Electronics Indonesia, mengatakan proyeksi pertumbuhan pasar televisi tahun depan agak berat, salah satunya karena persaingan dengan produk impor, terutama asal China.
"Kue pasar yang ada mulai dinikmati oleh produk China dengan harga yang murah sekali. Mereka tidak perlu investasi di Indonesia dan mudah berjualan di sini," ujarnya.
Sementara itu, produsen televisi dalam negeri yang telah menanamkan modal di Indonesia dan membangun merek sejak lama tidak mendapatkan perlindungan dari pemerintah. Selain itu, pabrikan elektronik nasional juga menghadapi permasalahan seperti nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang fluktuatif. Menurutnya, pelaku industri elektronik telah meminta perlindungan kepada pemerintah dari gempuran produk impor.