Bisnis.com, JAKARTA—Konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,05% menjadi motor pertumbuhan ekonomi sepanjang 2018 yang mencapai 5,17%. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini terbesar sejak 2014 yang mencapai 5,15%.
Pertumbuhan yang kuat ini didorong oleh konsumsi rumah tangga yang sifatnya leisure atau hiburan.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Sri Soelistyowati menuturkan tren konsumsi yang meningkat ini merupakan indikator yang bagus bagi perekonomian. Salah satu, pemicunya adalah konsumsi leisure.
"Terlihat sekarang ibu-ibu agak males masak, jadi kalau kita belanja makanan jadi, akomodasi, transportasi, rekreasi sekarang shifting ke sana," papar Sri, Rabu (6/2/2019).
Laju Pertumbuhan Konsumsi (Atas Dasar Harga Konstan 2010)
Tahun | Laju Konsumsi |
2014 | 5,15% |
2015 | 4,96% |
2016 | 5,01% |
2017 | 4,94% |
2018 | 5,05% |
Sumber: Data BPS
Hal ini terlihat dari konsumsi makanan dan minuman selain restoran yang tumbuh melambat menjadi 5,13% dari tahun 2017 sebesar 5,26%. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi restoran dan hotel yang meningkat menjadi 5,47% dari tahun sebelumnya 5,39%.
Sri menduga tren penggunaan layanan pesan antar dari aplikasi online turut mempengaruhi pola konsumsi. Data ini, kata Sri, masuk ke dalam kategori konsumsi restoran. BPS melakukan survei di semua kabupaten dan kota seluruh Indonesia.
Selain itu, BPS juga melakukan cross check dengan pelaku jasa delivery. Menurutnya, hal ini dilakukan setiap bulan