Bisnis.com, TOKYO - Produsen baja asal Jepang, Nippon Steel & Sumitomo Metal Corp memperkirakan laba akan menurun sekitar 6% dari yang ditargetkan.
Seperti dikutip dari Reuters, Rabu (6/2/2019), salah satu produsen baja terbesar asal Jepang itu memperkirakan pelemahan terjadi seiring dengan turunnya produksi baja mentah selama periode fiskal yang berakhir pada 31 Maret nanti.
Perusahaan sekarang memperkirakan laba tahunannya akan menjadi 330 miliar yen ($ 3,01 miliar), turun dari panduan sebelumnya sebesar 350 miliar yen, di bawah Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS).
Nippon Steel, pembuat baja terbesar ketiga di dunia, juga mengurangi estimasi untuk produksi baja mentah tahunan menjadi 41,3 juta ton dari 42,1 juta ton, karena masalah di pabriknya.
Wakil Presiden Eksekutif Nippon Steel Katsuhiro Miyamoto mengatakan terdapat problem karena kualitas bahan baku yang lebih rendah. Sejalan dengan itu, pabrik pun sulit menghasilkan produk bernilai tambah seperti baja berkekuatan tensil tinggi yang tidak dapat diproses dalam volume yang sama sebagai logam berkualitas lebih rendah.
Ditanya apakah revisi tersebut juga disebabkan oleh harga bijih besi yang lebih tinggi setelah bendungan Vale yang meledak di Brasil, Miyamoto mengatakan bahwa tidak diperhitungkan, tetapi bahwa harga bahan pembuatan baja yang lebih tinggi dapat memengaruhi pendapatan di tahun keuangan berikutnya yang dimulai pada 1 April.
"Harga spot bijih besi telah melonjak sejak bendungan runtuh, tetapi harga berjangka berada di level yang lebih rendah, menunjukkan bahwa para pelaku pasar mengharapkan pasar stabil," kata Miyamoto.
Harga bijih besi mencapai level tertinggi hampir dua tahun pada hari Senin kemarin. Revisi yang dilakukan Nippon Steel serupa dengan yang dilakukan JFE Steel, unit JFE Holdings, dan Kobe Steel.