Bisnis.com, JAKARTA--Penurunan permintaan pada awal tahun merupakan hal yang normal terjadi di industri makanan dan minuman. Permintaan diyakini akan kembali meningkat seiring persiapan menghadapi puasa dan Lebaran tahun ini.
Adhi S Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), mengatakan kondisi permintaan di sektor ini sama dengan hasil survei Indonesia Manufacturing PMI yang dirilis oleh Nikkei pada awal bulan ini.
Dalam hasil survei yang dipublikasikan tersebut, pada bulan pertama 2019, indeks manufaktur nasional berada di angka 49,9 atau turun dari 51,2 pada bulan sebelumnya. Data indeks di atas 50 menunjukkan peningkatan di semua variabel survei, sedangkan di bawah 50 mengindikasikan penurunan.
"Secara siklus normal memang permintaan Januari turun dari bulan sebelumnya," ujarnya belum lama ini.
Kendati demikian, Adhi meyakini permintaan akan segera terakselerasi kembali seiring dengan persiapan pemenuhan kebutuhan menjelang puasa dan Hari Raya Lebaran yang tiba pada periode Mei--Juni tahun ini.
Biasanya, lanjut Adhi, persiapan dilakukan beberapa bulan sebelum puasa dan Lebaran. "Purchasing untuk persiapan puasa dan Lebaran biasanya 3 bulan sebelumnya," jelas Adhi.
Dengan demikian, diperkirakan permintaan produk makanan dan minuman bakal terkerek mulai Februari--Maret tahun ini. Pada 2019, industri mamin diperkirakan bisa tumbuh lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Faktor pesta demokrasi lima tahunan disebut menjadi booster tambahan selain puasa, Lebaran, Natal, dan Tahun Baru. “Semoga tahun ini bisa tumbuh double digit, setidaknya sekitar 10%,” kata Rachmat Hidayat, Wakil Ketua Gapmmi.
Industri mamin menjadi salah satu motor pertumbuhan industri pengolahan pada tahun ini, selain industri permesinan, tekstil dan pakaian jadi, alas kaki, serta barang logam, komputer, dan barang elektronik.
Kementerian Perindustrian memproyeksikan pertumbuhan industri mamin bisa tumbuh sebesar 9,86% pada tahun ini. Sementara itu, secara keseluruhan industri manufaktur pada tahun ini ditargetkan tumbuh sebesar 5,4%.
Adapun, sebelumnya, Bernard Aw, Principal Economist HIS Markit, menilai tahun 2019 diawali dengan kondisi yang kurang menggembirakan untuk sektor manufaktur domestik karena ekspansi tidak terlihat pada bulan pertama tahun ini menurut survei PMI oleh Nikkei.
“Yang dikhawatirkan adalah perlambatan permintaan, terutama untuk pasar domestik. Permintaan baru turun pada laju yang paling curam dalam 1,5 tahun terakhir. Permintaan global juga masih lemah,” katanya.
Dalam kondisi permintaan yang cenderung melambat, kapasitas produksi perusahaan tidak mengalami perubahan yang signifikan. Dikhawatirkan, kondisi kelebihan produksi bisa mengakibatkan penumpukan stok.
Walaupun demikian, kondisi yang terjadi pada awal tahun ini diperkirakan hanya sementara karena data survei menunjukkan bahwa keyakinan para pelaku usaha masih tinggi. Sekitar separuh dari perusahaan yang disurvei menyatakan masih optimistis bahwa produksi mereka bakal meningkat sepanjang tahun ini.