Bisnis.com, JAKARTA — Momentum Imlek 2019 ditengarai memicu kenaikan permintaan buah-buahan impor, yang pada akhirnya berdampak langsung terhadap kenaikan harga komoditas tersebut.
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri mengatakan, masyarakat masih lebih menggemari buah impor seperti jeruk mandarin, apel fuji, apel dan anggur australia, dan pir untuk dijadikan isian parsel saat perayaan Tahun Baru China.
Menurutnya, dengan adanya momentum sincia, permintaan terhadap buah impor pun menjadi naik lantaran meningkatnya kebutuhan parcel untuk hari raya tersebut.
“Tahun ini kami lihat peningkatan [permintaan buah impor] tidak setinggi tahun lalu, karena menurut pandangan kami daya beli masyarakat sedang tertahan,” jelasnya kepada Bisnis.com, Rabu (30/1/2019).
Bagaimanapun, dia memperingatkan potensi kenaikan permintaan buah impor tetap akan ada menjelang perayaan Imlek pada 5 februari 2019. Adapun, kenaikan harga buah impor diprediksinya bisa mencapai Rp5.000—Rp10.000 per kilogram.
Abdullah mejelaskan, kenaikan permintaan dan harga buah impor masih akan terus terjadi dan mencapai puncaknya pada H-3—H+3 Imlek 2019.
Adapun, berdasarkan pengamatan Bisnis di Pasar Palmerah, Jakarta Selatan, harga jeruk mandarin pada Kamis (30/0) mencapai Rp30.000/kg—Rp40.0000/kg. Menurut Suryadi, salah satu penjual buah-buahan di pasar tersebut, pada dua pekan yang lalu harga buah tersebut masih Rp25.000/kg.
Sementara itu, pada saat yang sama, harga apel fuji dan pir mencapai Rp30.000/kg, atau naik dari Rp25.000/kg pada dua pekan yang lalu.
“Dua hari terakhir mulai banyak yang mencari buah-buahan yang biasanya untuk parsel Imlek. Mungkin mulai besok Sabtu [2/2] pembelinya mulai bertambah lagi. Namun, untuk tahun ini pasokan buah seperti jeruk mandarin masih aman, tidak seperti tahun lalu,” jelas dia.
Pada perkembangan lalin, Manajer Usaha dan Pengembangan Unit Pasar Besar Pasar Induk Kramat Jati Syarief Hidayatulloh mengatakan, kian tingginya permintaan pasar terhadap produk buah impor telah terdeteksi sejak awal pekan ini.
Namun demikian, dia menyatakan pasokan buah impor di Pasar Induk Kramat Jati sejauh ini masih aman dan harganya pun terkendali.
Menurutnya, pasokan dan permintaan buah impor hanya mencapai 10% dari total permintaan buah-buahan di Pasar Induk Kramat Jati.
“Kenaikan harga [buah impor adalah sekitar] Rp5.000/kg—Rp10.000 per kilogram; masih aman sejauh ini. Prediksi kami pasokannya juga masih aman. Namun, yang perlu menjadi catatan, untuk buah impor kenaikannya berapapun tidak akan terlalu berpengaruh ke daya beli. Sebab, mayoritas yang beli buah impor adalah masyarakat kelas atas, terutama saat Imlek ini,” jelas dia.
Di sisi lain, pemerintah telah mempersiapkan pasokan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap buah impor untuk Imlek.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Neger Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menyatakan telah menerbitkan surat perizinan impor (SPI) untuk jeruk mandarin dari China sebanyak 182.210 ton per 15 Januari 2019.
“Kalau untuk buah-buahan seperti apel dan pir sudah tidak ada batasan lagi untuk masuk ke Indonesia, karena tidak perlu lagi ada rekomendasi dan perizinan impor. Tinggal menyesuaikan saja dengan kebutuhan pasar dan pembelian dari importir,” jelas dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Eksportir Importir Buah dan Sayuran Segar Indonesia (Aseibssindo) Eddy Simon memastikan, pasokan buah-buahan impor untuk Imlek 2019 aman.
Dia mengakui perayaan Tahun Baru China merupakan salah satu momentum yang membuat penjualan buah-buahan di dalam negeri meningkat.
Sebelumnya, menurut dia, kenaikan permintaan buah-buhan juga terjadi pada saat momentum Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 (Nataru).
“Biasanya memang untuk Imlek, minat masyarakat masih berkisar pada jenis produk buah impor seperti jeruk mandarin. Namun, banyak juga yang sudah mulai beralih ke buah-buahan lokal. Tergantung preferensinya saja,” jelas dia.