Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rendahnya Produktivitas Tebu Picu Tingginya Harga Gula Lokal

Berdasarkan data United States Department of Agriculture (USDA) pada 2018, produktivitas perkebunan tebu di Indonesia hanya mencapai 68,29 ton per hektare (ha) pada 2017.
Buruh memanen tebu untuk dikirim ke pabrik gula di Ngawi, Jawa Timur, Selasa (8/8)./ANTARA-Ari Bowo Sucipto
Buruh memanen tebu untuk dikirim ke pabrik gula di Ngawi, Jawa Timur, Selasa (8/8)./ANTARA-Ari Bowo Sucipto

Bisnis.com, JAKARTA -- Rendahnya produktivitas tebu menjadi salah satu penyebab melonjaknya harga gula lokal. Saat ini, harga gula lokal disebut tiga kali lebih mahal bila dibandingkan dengan harga gula di pasar internasional.

Tingginya harga gula lokal dinilai mengindikasikan adanya biaya produksi yang tinggi di tingkat produsen lokal. Berdasarkan data United States Department of Agriculture (USDA) pada 2018, produktivitas perkebunan tebu di Indonesia hanya mencapai 68,29 ton per hektare (ha) pada 2017.

Jumlah ini lebih rendah dari negara-negara penghasil gula lainnya, seperti Brasil yang sebesar 68,94 ton per ha dan India yang sekitar 70,02 ton per ha dalam periode yang sama.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman mengatakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas gula lokal adalah banyak pabrik gula di Indonesia yang sudah sangat tua. Menurutnya, pabrik-pabrik gula ini perlu mendapatkan revitalisasi mesin produksi.

Belum lagi, jika mempertimbangkan kualitas tebu yang ditanam yang dipengaruhi oleh faktor geografis dan iklim lokal.

“Menekan impor gula bukan pekerjaan mudah. Menekan impor gula dapat dilakukan apabila produksi dalam negeri sudah mencukupi permintaan dan tersedia pada harga yang terjangkau di pasar,” ujar Assyifa dalam keterangan resmi CIPS, Sabtu (19/1/2019).

Dia menilai memiliki komoditas gula yang terjangkau dan tersedia secara lokal akan menguntungkan produsen dan konsumen.

Berdasarkan data USDA dan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2009-2018, harga gula yang beredar di pasaran (gula kristal putih) menunjukkan perbedaan harga, di mana harga produk domestik hampir tiga kali lebih mahal dari harga internasional.

Namun, Assyifa memandang upaya menekan gula impor akan berpotensi mengurangi peredaran gula di pasar. Dampaknya adalah harga gula yang semakin membumbung tinggi.

Pada akhirnya, konsumen dan unit usaha mikro, kecil, dan menengah yang menggunakan gula sebagai bahan produksi bakal menanggung kerugian.

“Mempertimbangkan penekanan impor gula bukan merupakan hal yang salah. Namun, sebaiknya yang diutamakan adalah peningkatan daya saing pabrik gula Indonesia dan kebijakan pemerintah yang mendorong modernisasi pabrik gula," ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper