Bisnis.com, JAKARTA--Kementerian Perindustrian mendorong peningkatan produktivitas industri melalui program restrukturisasi permesinan dalam upaya mendongkrak ekspor.
Haris Munandar, Sekretaris Jenderal Kemenperin, mengatakan untuk memperluas pasar ekspor bagi produk industri diperlukan kualitas yang kompetitif. Untuk itu pihaknya mendorong industri meningkatkan produktivitas dan melakukan berbagai inovasi agar bisa bersaing di kancah global.
“Beberapa upaya yang harus dilakukan oleh industri adalah dengan memberikan sentuhan teknologi terkini pada produknya. Selain itu, melaksanakan pembangunan SDM,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis (17/1/2019).
Mengenai pemanfaatan teknologi terbaru, Kemenperin memiliki program restrukturisasi mesin dan peralatan produksi untuk industri. Dalam kaitan dengan permesinan ini, salah satu sektor yang telah mendapat fasilitas ini adalah sektor tekstil.
Menurut Haris, industri tersebut adalah sektor yang mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak dan berorientasi ekspor. Program peremajaan mesin dan peralatan ini, telah dilakukan sejak 2008. Saat ini, sektor yang dirambah untuk restrukturisasi mesin sudah lebih banyak.
Dalam persaingan industri di kancah global, Indonesia berupaya mengungguli negara-negara berkembang lainnya atau emerging countries. Negara-negara itu menggunakan permesinan yang lebih modern, sehingga dalam segi produktivitas lebih tinggi.
“Jadi apabila ingin bersaing, Indonesia pun harus mengimbanginya, sehingga restrukturisasi mesin sangat penting sekali bagi peningkatan produktivitas industri,” imbuhnya.
Haris optimistis produktivitas industri di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya dan semakin berdaya saing di kancah global. “Tentunya, kita harus mendorong bagaimana produktivitas bisa naik melalui permesinan. Kalau kita ingin berdaya saing, produktiktivitasnya harus tinggi. Itu kata kunci," tegasnya.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan Benny Soetrisno mengatakan Indonesia sudah masuk menjadi negara industri. Pertumbuhan industri saat ini dinilainya masih positif.
Benny berharap Indonesia dalam melakukan perjanjian perdagangan harus mempertimbangkan dengan seksama dan ada persiapan yang matang. “Peluang ekspor Indonesia yang perlu ditingkatkan terutama ke pasar-pasar baru, seperti negara-negara Afrika dan Timur Tengah,” ucapnya.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang tahun lalu, industri pengolahan mencatatkan nilai ekspor sebesar US$129,93 miliar atau tumbuh 3,86% secara tahunan.
Berdasarkan kontribusi, sektor ini masih menjadi penyumbang utama ekspor Indonesia secara keseluruhan dengan porsi sebesar 72,16% sepanjang 2018.