Bisnis.com, HONG KONG -- Wanita diprediksi menjadi kontributor utama dalam perkembangan sharing economy pada 10 tahun mendatang.
April Rinne, Head of Sharing Economy Working Group World Economic Forum, mengatakan terdapat sejumlah faktor yang membuat peran wanita di bidang ini sangat penting. "Total belanja mereka diprediksi mencapai US$ 4 triliun pada masa itu. Kaum wanita selama ini juga dapat mengadopsi sharing economy dengan baik," ujarnya dalam Asian Financial Forum 2019 di Hong Kong, Selasa (15/1).
Dia menjelaskan sharing economy berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi, salah satunya adalah masifnya adopsi ponsel pintar sejak 2009. Sejauh ini, katanya, sudah ada lebih dari 10.000 platform sharing economy.
"Ini hanya dalam 10 tahun, sangat cepat, banyak negara yang menjadikan sharing economy sebagai prioritas, China bahkan sejak 2015."
Situs penyedia informasi investasi, Investopedia, mendefinisikan sharing economy sebagai model ekonomi yang berdasarkan aktivitas peer to peer untuk mendapatkan maupun menyediakan barang serta layanan menggunakan platform online.
Salah satu fenomena penting dalam sharing economy saat ini adalah semakin menjamurnya perusahaan rintisan baru dengan layanan berbasis aplikasi, termasuk financial technology (fintech).
Komisioner Privasi Data Pribadi Hong Kong Tony Lam mengatakan saat ini dunia sudah masuk pada ekonomi berbasis data. Banyak perusahaan berbisnis dengan mengandalkan database pelanggan.
"Dalam hal ini privasi sangat penting, tidak bisa hanya melihat dari segi bisnis, melainkan juga kemanusiaan."
Sementara itu, Pemerintah Hong Kong telah menjadikan fintech sebagai salah satu prioritas dalam membangun perekonomian wilayahnya.
Kepala Wilayah Daerah Administrasi Khusus Hong Kong Carrie Lam meyakini fintech akan menyokong pertumbuhan dan daya saing sektor finansial Hong Kong. Dia mengklaim Hong Kong telah membangun industri fintech dengan cepat. Saat ini terdapat lebih dari 500 perusahaan fintech dan startup di Hong Kong.