Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Susy Susanti, Ani, dan New Southbound Policy Taiwan

Hubungan antara Indonesia dan Taiwan banyak bergerak di relasi people-to-people, sesuai kerangka New Southbound Policy.
Gedung Taipei 101 di Taipei, Taiwan ikut serta dalam kegiatan Earth Hours pada Sabtu (31/3/2012)./Reuters
Gedung Taipei 101 di Taipei, Taiwan ikut serta dalam kegiatan Earth Hours pada Sabtu (31/3/2012)./Reuters

"Bukankah itu bendera Indonesia?" ujar seorang rekan dari Filipina kepada saya.

Dia menunjuk pin yang tersemat di bagian dada salah seorang pelayan di ruangan kami. Si pelayan mengangguk dan tersenyum ke arah saya.

Namanya Susy Susanti, usianya 23 tahun dan berasal dari Batam. Dia baru bekerja di Din Tai Fung, restoran tempat kami makan malam hari itu di Taipei, selama kurang lebih tiga bulan.

Susy adalah fresh graduate dari sebuah universitas di Kaohsiung, salah satu kota terbesar Taiwan yang terletak di selatan negara itu. Jurusan yang diambilnya adalah hospitality.

"Memang sejak sekolah sudah berniat kuliah di Taiwan dan mengambil jurusan ini. Sekarang saya sudah tinggal empat tahun di Taiwan," ujarnya, Kamis (6/12/2018).

Saya berada di Taiwan bersama sebelas wartawan asing lainnya atas undangan dari Kementerian Luar Negeri Taiwan.

Restoran tersebut berada di Taipei 101, yang pernah menjadi gedung tertinggi di dunia, dan masuk dalam kategori Bib Gourmand dari Michelin Guide alias restoran yang  memiliki kualitas baik dengan harga yang terjangkau.

Restoran itu memang mencari orang-orang yang memiliki kemampuan bahasa lebih agar bisa melayani para tamu dengan lebih baik. Selain bendera Indonesia, Susy mempunyai pin bendera AS yang menunjukkan dirinya bisa berbahasa Inggris.

Susy Susanti, Ani, dan New Southbound Policy Taiwan

Susy Susanti, salah satu pelayan di restoran ternama Taiwan./Bisnis-Annisa Margrit

Ada pula rekannya yang mengenakan pin bendera Thailand dan AS serta lainnya.

"Di sini ada semacam skoring bagi yang ingin bekerja. Kalau punya kemampuan bahasa selain Mandarin dan Inggris, level pendidikan yang tinggi, dan skill lain, skornya makin tinggi dan izin bekerja bisa lebih mudah didapat," terang Susy.

Gajinya di restoran berkisar 36.000 dolar Taiwan sebulan dengan libur 9-10 hari sebulan. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan starting salary di Taiwan, yang berkisar 27.000-28.000 dolar Taiwan.

Sebagai informasi, 1 dolar Taiwan setara dengan Rp470. Jadi, jika dikonversi ke rupiah, gaji Susy sama dengan Rp16,9 juta.

Dikurangi biaya tempat tinggal sebesar 10.000 dolar Taiwan sebulan, dia dapat menghemat belasan ribu dolar Taiwan sebulan. Tempat tinggal Susy bisa ditempuh dengan berjalan kaki dan dia pun mendapat jatah makan di restoran tersebut, sehingga bisa menabung cukup banyak.

Susy adalah satu dari ratusan ribu warga Indonesia yang tinggal dan bekerja di Taiwan.

Data Kementerian Tenaga Kerja Taiwan menunjukkan ada 258.084 pekerja migran Indonesia di sana pada 2017. Jumlah tersebut meningkat 12,45% dari 229.491 orang pada 2014.

Namun, menurut Taipei Economic and Trade Office (TETO), jumlahnya sekarang sudah mencapai 266.000 orang atau 38% dari total pekerja asing di Taiwan.

Selain Susy, ada pula Ani, yang bekerja sebagai perawat lansia di salah satu keluarga. Dia mengaku sudah bekerja di negara Asia Timur itu selama 13 tahun.

"[Perlakuan bagi pekerja migran] Di sini positif sih," ujar Ani, yang asli orang Trenggalek, Jawa Timur.

Mestinya kontraknya dengan sang majikan sudah berakhir tahun lalu, tapi karena majikannya merasa Ani melakukan pekerjaannya dengan sangat baik maka kontraknya pun diperpanjang untuk tiga tahun lagi.

Susy dan Ani menunjukkan keberagaman pekerja migran di Taiwan dan besarnya kebutuhan di sana terhadap sektor hospitality. Direktur Jenderal Department of Overall Planning National Development Council Taiwan Connie Chang mengakui ada banyak pekerja kerah biru dari Asean di negaranya.

Susy Susanti, Ani, dan New Southbound Policy Taiwan

Kantor pusat Foxconn di New Taipei City, Taiwan./Reuters-Tyrone Siu

Di sisi lain, dia mengungkapkan sekarang pihaknya juga ingin menarik lebih banyak pekerja profesional di bidang teknologi dan finansial.

Pasalnya, banyak warga Taiwan yang memiliki skill di dua sektor tersebut direkrut di luar negeri. Kondisi itu membuat kebutuhan yang besar di bidang-bidang itu tak bisa dipenuhi hanya dari talenta lokal. Padahal, teknologi adalah andalan utama Taiwan untuk "hidup".
 
"Kami ingin memperkenalkan pekerja asing dengan Taiwan dan mengisi gap itu dan membantu perkembangan ekonomi kami. Jadi tidak hanya untuk pekerja kerah biru yang banyak berasal dari Asean yang bisa tinggal di sini selama beberapa tahun, tapi kami juga ingin menarik para profesional," papar Chang.

Untuk itu, lanjutnya, pihaknya mesti memastikan lebih dulu bahwa UU yang mengaturnya dapat meyakinkan para pekerja asing bahwa negaranya menerima mereka dengan baik.

Khusus untuk Indonesia, pekan lalu, dilakukan penandatangan pembaharuan nota kesepahaman antara Taiwan dengan Indonesia mengenai perekrutan, penempatan, dan perlindungan pekerja migran dari Indonesia.

Hubungan antara Taiwan dengan Indonesia di sisi pekerja migran turut menjadi refleksi New Southbound Policy yang dicanangkan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada September 2016, yang bertujuan meningkatkan kehadiran Taiwan di dunia internasional dengan mengedepankan relasi people-to-people.

Sektor lain yang terkait di antaranya pendidikan, pariwisata, dan pertanian. Kedua negara juga memiliki kemitraan-kemitraan tertentu di sektor-sektor ini.

Dengan terbukanya akses bagi warga Indonesia, Susy dan Ani lainnya di Taiwan bukan tak mungkin semakin banyak serta tak terbatas di sektor hospitality.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper