Bisnis.com, NUSA DUA — Indonesia dinilai perlu menerapkan Modern Industrial Policy (MIP) untuk mengatasi masalah industrialisasi yang kini cenderung mengarah ke gejala deindustrialisasi.
Advisor in the Economic Research and Regional Cooperation Department of the Asian Development Bank (ADB), Jesus Felipe mengatakan sejumlah hambatan industrialisasi di Indonesia adalah kebijakan industri yang tidak dirancang dan tidak diterapkan dengan baik, serta kegagalan menciptakan perusahaan manufaktur lokal yang besar.
“Terkait dengan kebijakan industri, Indonesia perlu menerapkan MIP yang memungkinkan Indonesia mengintervensi industri dengan mengambil beberapa sektor tertentu karena tidak seluruh sektor memiliki dampak yang sama terhadap perkembangan ekonomi,” jelasnya dalam acara The 8th Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED) di Nusa Dua, Bali, Jumat (7/12/2018).
Menurutnya, Indonesia perlu industri manufaktur yang terdiversifikasi dan modern agar ekonomi tumbuh cepat dan bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.
Seperti diketahui, kontribusi sektor manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) perlahan terus tergerus.
Sampai dengan kuartal III/2018, dilihat dari lapangan usaha, kontribusi manufaktur ke PDB hanya 19,66 %.
Padahal, pada 2010, kontribusi manufaktur ke PDB berada di atas angka 20%. Rontoknya kinerja sektor tersebut dikhawatirkan mengganggu target-target pertumbuhan ekonomi ke depan.
Baca Juga
Profesor Ekonomi dari Korea University Jong-Wha Lee menambahkan, peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah faktor penting bagi pertumbuhan berkelanjutan yang memungkinkan ekonomi negara berpendapatan menengah meningkat ke ekonomi berpendapatan tinggi.
Berdasarkan pengalaman Korea, jelasnya, peningkatan sumber daya manusia dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.
“Sumber daya manusia yang memiliki tingkat keterampilan dan pendidikan yang lebih baik digabungkan dengan inovasi teknologi yang terus menerus membantu Korea dalam meningkatkan rantai nilai,” jelasnya.
Dia menambahkan, Technical and Vocational Education and Training (TVET) dan kebijakan industrial adalah dua kunci untuk mendorong upgrading industri.
Ekonom senior Bank Dunia Camilla Holmemo juga menyatakan bahwa sumber daya manusia adalah kunci bagi transformasi ekonomi Indonesia. “Tren demografi dan cepatnya kemajuan teknologi menunjukkan pentingnya sumber daya manusia,” jelasnya.
Akan tetapi karena rendahnya investasi pada sumber daya manusia pada masa lalu, sambungnya, membuat Indonesia mengalami masalah rendahnya kesehatan penduduk, besarnya angkatan kerja yang tidak terampil, dan ketimpangan gender.
“Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dibutuhkan kepemimpinan yang kuat dan berkelanjutan, melanjutkan reformasi sisi supply dan demand dari program pengembangan sumber daya manusia dengan mempercepat pengurangan stunting, reformasi pendidikan, serta reformasi program asuransi kesehatan.”