Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Udang Harus Waspadai India

Pelaku usaha budi daya udang perlu menyusun strategi pembudidayaan udang yang lebih baik untuk bersaing dengan kompetitor saat ini yaitu India. Pasalnya, India telah menjalin sistem konsinyasi dengan Amerika Serikat untuk ekspor komoditas itu.
Pekerja memanen udang Vannamei di Tambak tradisional, Kab Barru, Makassar./JIBI
Pekerja memanen udang Vannamei di Tambak tradisional, Kab Barru, Makassar./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha budi daya udang perlu menyusun strategi pembudidayaan udang yang lebih baik untuk bersaing dengan kompetitor saat ini yaitu India. Pasalnya, India telah menjalin sistem konsinyasi dengan Amerika Serikat untuk ekspor komoditas itu.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan saat ini India bisa menjadi salah satu kompetitor terberat Indonesia untuk ekspor udang di dunia.

"Udang memang tak mudah, kompetitor kita India. Saya dengar mereka sudah membuat sistem konsinyasi dengan importer di AS. Ini barangkali akan sangat berat untuk dilawan," kata Susi di sela-sela seminar Innovative Aquaculture pada Kegiatan Aquatica Asia & Indoaqua 2018, Kamis (29/11/2018).

Dia mengungkapkan, saat ini India mengirimkan banyak udang langsung ke pelabuhan Amerika. Nantinya, importir Amerika yang akan membayar udang hasil ekspor setelah terjual.

Susi pun mengusulkan, agar para pengusaha udang di Indonesia mulai mencoba pasar nontradisional dan membidik negara tujuan ekspor lain seperti di negara di wilayah Timur Tengah atau di Afrika. Selain itu, Susi juga menuntut para pelaku usaha untuk bisa menyajikan produk yang lebih variatif.

Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto mengatakan sistem konsinyasi ini sebetulnya merugikan India sendiri karena harga yang dipasarkan terbilang rendah dan bisa membanting harga di pasaran.

Slamet menyebut, India akan lebih banyak mengirimkan hasil produksi udang mereka ke luar, padahal di saat yang sama masih  harus menjaga kualitasnya.

"Kita tidak akan meniru mereka, karena kita tidak akan membanting harga. Bertahan dengan produksi sebanyak-banyaknya dan kualitas terbaik," ungkap Slamet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper