Bisnis.com, JAKARTA – Kerja sama ekonomi dan pengembangan kapasitas antara Indonesia dengan negara-negara European Free Trade Association (EFTA) makin erat setelah ditandatanganinya pernyataan bersama Indonesia-EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA), pekan lalu.
Perjanjian dagang itu diteken oleh Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita dengan keempat menteri negara-negara anggota EFTA di Sekretariat EFTA, Jenewa, Swiss, Jumat (23/11/2018). Adapun EFTA mencakup empat negara di Eropa, yakni Swiss, Liechtenstein, Norwegia, dan Islandia.
Penandatanganan itu menjadi bagian dari forum bisnis yang digelar Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Bern. Forum bisnis tersebut bertema “Optimizing the Benefits of Indonesia-EFTA CEPA Agreement” dan dihadiri sekitar 20 pelaku usaha Swiss yang memiliki bisnis di Indonesia.
Duta Besar RI untuk Swiss dan Liechtenstein Muliaman D. Hadad mengatakan bahwa tujuan utama forum bisnis ini adalah untuk sosialisasi pemanfaatan IE-CEPA bagi para pelaku bisnis di Indonesia dan negara-negara EFTA.
“Perundingan IE-CEPA telah berlangsung secara intensif selama hampir 8 tahun atau perundingan CEPA terpanjang yang pernah dimiliki oleh Indonesia hingga saat ini,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Selasa (27/11).
Setelah pernyataan bersama IE-CEPA ditandatangani, tahap selanjutnya adalah legal scrubbing dan penerjemahan. Dengan demikian, secara teknis dan legal, IE-CEPA bakal ditandatangani di Jakarta pada bulan depan.
IE-EFTA CEPA diharapkan dapat meningkatkan akses pasar perdagangan barang Indonesia ke negara-negara EFTA, di antaranya produk perikanan, tekstil, furnitur, sepeda, elektronik, ban mobil, kopi, dan kelapa sawit.
Perdagangan jasa pun diyakini bakal makin berkembang dengan diperluasnya akses bagi para pekerja Indonesia. Sektor jasa yang akan mendapat keuntungan antara lain jasa profesi telekomunikasi, keuangan, transportasi, dan pendidikan.
Selain itu, investasi di sektor energi dan pertambangan, permesinan, pertanian, infrastruktur, perikanan, kehutanan, kimia, dan lain-lain juga diharapkan meningkat.
Keuntungan lainnya diklaim bakal dirasakan dari kerja sama peningkatan kapasitas, misalnya dalam sektor perikanan dan aquamarine, promosi ekspor, pariwisata, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Hak Kekayaan Intelektual (HKI), kakao, sustainability Maintenance, Repair and Overhaul, (MRO), serta pendidikan vokasional.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat negara-negara EFTA menjadi negara tujuan ekspor non migas terbesar ke-23 dan negara asal impor non migas terbesar ke-25 bagi Indonesia.
Pada 2017, perdagangan Indonesia-EFTA mencapai US$2,4 miliar. Nilai ekspor Indonesia ke EFTA sekitar US$1,31 miliar, sedangkan impor dari EFTA sebesar US$1,09 miliar.
Komoditas ekspor utama Indonesia ke EFTA antara lain perhiasan, perangkat optik, emas, perangkat telepon, dan minyak esensial. Adapun produk yang diimpor Indonesia mencakup emas, mesin turbo jet, obat-obatan, pupuk, dan campuran bahan baku industri.
Sementara itu, investasi negara-negara EFTA di Indonesia mencapai US$621 juta pada 2017.