Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyampaikan bahwa Tim Balai Taman Nasional Wakatobi melakukan evakuasi terhadap paus yang terdampar di Perairan Pulau Kapota Taman Nasional Wakatobi.
Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi Heri Santoso menyampaikan berdasarkan hasil peninjauan lapangan, jenis Paus yang terdampar merupakan Paus Sperma atau Physeter macrocephalus, dengan ukuran panjang ± 9,5 meter, dan lebar ± 437 cm.
Ada pun proses evakuasi dilakukan bersama dengan mitra WWF, tim dosen Akademi Komunitas Perikanan dan Kelautan (AKKP) Wakatobi, serta masyarakat sekitar.
"Tim kami menemukan paus tersebut sudah dalam keadaan mati, dan sudah mulai membusuk," kata Heri melalui siaran pers yang diterima Bisnis, Rabu (21/11/2018).
Menurut hasil identifikasi isi perut paus yang dilakukan di Kampus AKKP Wakatobi, terdapat sampah plastik dengan komposisi sampah gelas plastik 750 gram ada 115 buah, plastik keras 140 gram ada 19 buah, botol plastik 150 gram sebanyak 4 buah, kantong plastik 260 gram ada 25 buah.
Kemudian serpihan kayu 740 gram sebanyak 6 potong, sandal jepit 270 gram sebanyak 2 buah, karung nilon 200 gram sebanyak 1 potong, tali rafia 3.260 gram atau lebih dari 1.000 potong. Adapun total berat basah sampah yaitu 5,9 kilogram.
"Untuk sementara belum bisa dipastikan penyebab kematian dari paus sperma tersebut," pungkas Heri.
Bangkai paus yang terdampar, menurut Heri, ditemukan pada Minggu (19/11/2018) dan telah dikubur pada Selasa (20/11/2018), di sekitar pantai Kolowawa Desa Kapota Utara.
"Proses tersebut kami lakukan saat air pasang, sehingga memudahkan dalam penarikan bangkai ke darat," jelasnya.
Tindakan penguburan dilakukan guna mendapatkan spesimen Paus, yang dapat digunakan sebagai salah satu bahan pendidikan, dan penelitian di kampus AKKP Wakatobi.
Sebelumnya, Taman Nasional Wakatobi SPTN Wilayah I Wangi-Wangi menerima laporan dari Staff WWF SESS tentang adanya bangkai Paus yang terdampar di perairan Pulau Kapota, Resort Wangi-Wangi.