Bisnis.com, JAKARTA – Bisnis properti sepertinya belum banyak bergerak yang ditandai dengan harga rumah hunian yang tidak banyak bergerak.
Berdasar survei harga properti residensial yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang dirilis akhir pekan lalu, indeks harga properti residensial (IHRP) triwulan III/2018, secara triwulanan hanya tumbuh sebesar 0,42% dibandingkan dengan triwulan II yang tumbuh sebesar 0,76%.
Angka itu di bawah perkiraan Direktur Departemen Statistik Bank Indonesia Gantiah Wuryandani yang sebelumnya memperkirakan kenaikan harga tanah dapat mencapai 0,55%.
Berdasarkan survei, kenaikan harga residensial primer yang tumbuh melambat terjadi pada tipe residensial kecil dari 1,35% pada triwulan sebelumnya menjadi 0,69%.
Perlambatan juga terjadi pada tipe residensial primer menengah dari 0,68% menjadi hanya 0,26% pada triwulan III/2018. Sementara itu, pada tipe residensial besar mengalami sedikit peningkatan dari 0,27% menjadi 0.30%.
Kenaikan harga residensial primer tertinggi terjadi di kota Samarinda sebesar 1,52% dan diikuti oleh kota Pekanbaru sebesar 1,35%. Namun, penurunan signifikan harga residensial primer terjadi di kota Medan yang pada triwulan II/2018 sempat naik 2,94%, pada triwulan III malah turun sebesar -0,11%.
Baca Juga
Bank Indonesia memperkirakan harga residensial primer pada triwulan IV/2018 akan kembali mendapatkan pertumbuhan positif yaitu naik sebesar 0,52% yang diakibatkan oleh kenaikan harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja.
Selain itu, meski kenaikan indeks harga residensial primer melambat, kenaikan biaya tempat tinggal atau biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk tempat tinggal semakin meningkat. Hal tersebut tercermin dari kenaikan indeks harga konsumen sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar 0,73% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 0,64%.