Bisnis.com, JAKARTA - Kelompok mitra pengemudi ojek daring menuding perusahaan penyedia aplikasi (aplikator) menerapkan sistem tarif terlalh rendah.
"Kami melihat tarif terlalu rendah dan promo terlalu banyak dari aplikator. Ini kan tindakan 'predatory pricing' dan bisa mematikan angkutan alternatif lain," kata Presidium Gerakan Aksi Roda Dua (GARDA) Igun Wicaksana seperti dikutip Antara.
Igun memberikan contoh, salah satu promo yang paling fantastis adalah penerapan ongkos Rp1 yang dilakukan oleh Grab.
Oleh karena itu, dia menilai penerapan harga terlalu rendah, membuat iklim bisnis menjadi tidak sehat.
Pengenaan ongkos terlalu murah, menurut dia untuk konsumen akan memicu perang tarif, yang akhirnya lebih banyak merugikan mitra pengemudi.
"Perang tarif bisa membuat tarif terus menukik lebih tajam. Akhirnya yang dikorbankan adalah pengemudi, karena dipaksa kerja lebih ekstra," ujar Igun.
Pengamat transportasi dari Information Communication Technology (ICT) Institute, Heri Sutadi, mengatakan mitra pengemudi akan merasa dieksploitasi dengan penerapan harga yang terlampau murah.
Heru juga melihat adanya hubungan tak saling menguntungkan antara aplikator yang menerapkan promo fantastis dengan mitra pengemudinya. Salah satu contohnya adalah ketika aplikator mendapat pendanaan besar, tapi ini tidak menetes ke pengemudinya.
“Aplikator sibuk memberikan promo untuk konsumen, padahal tulang punggung mereka ini kan pengemudinya," ujar dia.
Para mitra pengemudi Grab sempat melakukan demonstrasi di depan kantor Grab Indonesia, di Kuningan, Jakarta, beberapa waktu lalu. Dalam demo yang sempat ricuh itu, massa aksi menuntut soal skema penarifan, transparansi perjanjian kemitraan, serta aturan suspensi pengemudi kepada perusahaan.