Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Dinilai Perlu Belajar Navigasi dari Australia

Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI), atau yang dikenal sebagai AirNav Indonesia, akan mendorong kerja sama dengan Australia untuk belajar teknologi penerbangan dan navigasi mengingat semakin padatnya lalu lintas udara di Indonesia.
Seorang pegawai AirNav sedang mengamati pergerakan pesawat di Air Traffic Controller Working Positions Bandara Supandio Pontianak./Bisnis.com-Rio Sandy Pradana.
Seorang pegawai AirNav sedang mengamati pergerakan pesawat di Air Traffic Controller Working Positions Bandara Supandio Pontianak./Bisnis.com-Rio Sandy Pradana.

Bisnis.com, SURABAYA -- Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI), atau yang dikenal sebagai AirNav Indonesia, akan mendorong kerja sama dengan Australia untuk belajar teknologi penerbangan dan navigasi mengingat semakin padatnya lalu lintas udara di Indonesia.

Direktur Utama AirNav Indonesia Novie Riyanto mengatakan Indonesia merupakan negara besar yang memiliki banyak penduduk sehingga transportasi udaranya pun semakin padat.

"Kita akan banyak belajar dari negara tetangga seperti Australia, yang merupakan negara besar, sedikit penduduknya, tapi teknologinya bagus," ujarnya seusai penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kementerian Perhubungan, Kamis (8/11/2018).

Novie mengharapkan sekolah-sekolah penerbangan di Indonesia bisa belajar dari Australia untuk teknologi navigasi. Bahkan, dengan Prancis dan AS yang memiliki industri penerbangan yang bagus.

"Ke depan, kita tidak bisa menutup diri dan harus terbuka dan rela untuk diaudit orang lain, disalahkan tapi demi kebaikan," ucapnya.

Novie menjelaskan saat ini, transportasi udara di Indonesia mengalami pertumbuhan sampai 10%, terutama di daerah-daerah terpencil. Lalu lintas udara pun akan menjadi sangat padat nantinya.

Penerapan teknologi pun tidak bisa dihindari dalam dunia navigasi udara. Contohnya, saat ini arus lalu lintas di bandara Surabaya sudah mencapai 33-35 pesawat dalam 1 jam. Kondisi tersebut sudah tidak bisa ditangani secara manual tetapi harus dengan teknologi tinggi.

"Dengan trafik yang begitu padat, pesawat ini sudah seperti nyamuk di atas. Kalau tidak dikelola dan diatur dengan baik, akan sangat sulit. Pesawat bisa tabrakan dan senggolan di atas, lalu bisa delay," terangnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Peni Widarti
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper