Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia menjadi salah satu pasar terpenting di Asia Tenggara bagi produk pertahanan produksi Honeywell .
Tim Van Luven, Vice President After Market Sales Defense Asia Pacific Honeywell, mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan pasar kedua terbesar di Asia Tenggara setelah Singapura sehingga Honeywell selalu memasok produk suku cadang bagi peralatan pertahanan Indonesia.
“Indonesia pasar sangat penting bagi Honeywell. Apalagi Pemerintah Indonesia meningkatkan belanja untuk kebutuhan militer dan pertahanan,” ujarnya.
Dia menjelaskan hal itu di sela partisipasi Honeywell pada pameran IndoDefence 2018 di JIExpo, Kemayoran, Kamis (8/11).
Dalam hal ini, kata Luven, Honeywell telah memasok kebutuhan suku cadang peralatan militer Indonesia, seperti suku cadang pesawat tempur F-16 dan pesawat Hercules C-130. Di samping itu, Honeywell juga memasok suku cadang untuk PT Dirgantara Indonesia, seperti Casa 212 dan N-219.
Menurutnya, sebagai perusahaan teknologi yang sangat berpengalaman dalam mendukung sektor pertahanan di Indonesia, Honeywell mendukung penuh upaya Pemerintah RI dalam meningkatkan kemampuan perlengkapan kedirgantaraan militernya serta memperpanjang masa gunanya.
Honeywell, sambungnya, menghadirkan teknologi C4ISR (command, control, communication, computer, intelligence, surveillance, and reconnaissance) untuk meningkatkan koordinasi operasi militer antara prajurit dan pemimpinnya. Teknologi ini juga bisa digunakan untuk operasi kemanusiaan, seperti penerbangan yang harus dilakukan saat terjadi bencana agar bantuan bisa cepat dan tepat tiba.
PBB (Perseriktan Bangsa Bangsa) menyebut bahwa Asia Pasifik sebagai wilayah dengan bencana alam yang paling banyak, seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus dan badai topan. Karena itu, pemerintah harus selalu siap siaga merespon dan membantu kebutuhan darurat yang timbul.
C-130 Hercules adalah pesawat yang sering digunakan untuk kebutuhan kemanusiaan di wilayah Asia Pasifik. Namun, penerbangan yang dilakukan saat memberikan bantuan darurat umumnya harus dilakukan dalam kondisi yang tidak ideal dan penuh bahaya. Para pilot sering harus menerbangkan pesawat ke wilayah yang tidak dikenal dengan rambu-rambu yang rusak, landasan yang kotor dan cuaca yang tidak menentu,hingga upaya menjadi sangat berbahaya.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, Honeywell menghadirkan beragam solusi konektivitas dan avionik yang mampu meningkatkan keselamatan dan efektifitas misi yang harus ditempuh.
Honeywell memiliki pemahaman yang dalam dan pengalaman yang panjang di Indonesia serta di Asean. Honeywell juga berkomitmen penuh untuk menggunakan teknologi dan kemampuannya agar membantu negara dalam memperkuat pertahan militernya serta kemampuan bantuan daruratnya.
Roy Kosasih, Presiden Direktur PT Honeywell Indonesia, mengungkapkan bahwa produk-produk Honeywell telah lama memasok suku cadang pesawat produksi PTDI ketika masih bernama PT Nurtanio, yakni CN 235.
Menurutnya, Honeywell sudah sejak lama memiliki hubungan baik dengan sektor pertahanan dan pabrikan pesawat terbang di Indonesia, terutama dalam menghadirkan layanan dan produk untuk membantu meningkatkan kemampuan misi dan efisiensi serta memperpanjang masa servis.
“Honeywell adalah mitrai PT Dirgantara Indonesia dengan mensuplai 34 mesin TPE 331 serta teknologi avionik yang digunakan pada pesawat NC212i yang diproduksi oleh PTDI,” ungkapnya.
Di samping itu, sambungnya, Honeywell menghadirkan teknologi upgrade untuk pesawat C-130 yang digunakan baik untuk keperluan militer maupun kemanusiaan seperti bantuan darurat. Teknologi yang dihadirkan berupa radar cuaca dan anti tabrakan. Hal ini agar saat memberikan bantuan darurat dengan kondisi yang tidak baik, pesawat dapat beroperasi dengan aman dan efisien.
Baik di medan perang maupun di wilayah darurat, kata Rudy, solusi C4ISR akan memberikan kemampuan untuk mengelola data secara real-time, akurat dan efektif. Upaya militer ataupun kemanusiaan akan menjadi jauh lebih baik dengan menggunakan teknologi ini.
Pasar C4ISR diproyeksikan akan bernilai US$119,39 miliar pada 2022 dan pertumbuhan terbesar akan terus terjadi di Asia Pasifik.