Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peternak Ayam Harapkan Insentif untuk Pengembangan Cold Storage

Pelaku industri peternakan ayam berharap pemerintah memberikan insentif berupa pembiayaan bagi peternak untuk mengembangkan fasilitas gudang berpendingin atau cold storage.
Pedagang memotong daging ayam di lapaknya di Pasar Kosambi Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/1)./JIBI-Rachman
Pedagang memotong daging ayam di lapaknya di Pasar Kosambi Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/1)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri peternakan ayam berharap pemerintah memberikan insentif berupa pembiayaan bagi peternak untuk mengembangkan fasilitas gudang berpendingin atau cold storage.

Sebelumnya, Kementerian Pertanian melalui Permentan Nomor 61/2016 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras mengatur bahwa jika produksi livebird (LB) peternak lebih dari 300.000 ekor. Maka peternakan tersebut harus memiliki Rumah Potong Unggas dan fasilitas rantai dingin.

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) Achmad Dawami mengatakan, pemerintah harus memberikan dukungan terhadap penerapan beleid tersebut.

"Untuk bangun rumah potong dan cold storage perlu ilmu, usaha dan biaya. Kalau bisa pemerintah membantu dengan berikan kami kredit lunak, tapi kalau kami yang didorong untuk [membangun cold storage] itu tanpa ada insentif ya bagaimana?" katanya kepada Bisnis, Kamis (11/10).

Achmad menjelaskan para pelaku usaha pembibitan dan peternakan sudah mencoba untuk menyesuaikan pasokan dengan mengatur supaya indukan tidak terlalu banyak. Dengan demikian, produksi juga bisa dikurangi saat permintaan turun. Namun mengatur produksi semacam itu, katanya, bukan hal yang mudah.

Sebagai ilustrasi, tambah Achmad, pada September, terdapat momen bulan Suro yang diyakini oleh masyarakat suku Jawa sebagai waktu yang kurang baik untuk menyelenggarakan perayaan.

Siklus ini secara otomatis menggerus permintaan akan daging ayam, terlebih pada bulan sebelumnya ada momen tahun ajaran baru yang juga menekan konsumsi. “Penurunan permintaan sampai dengan 30% pada bulan lalu [September].”

Kondisi ini kemudian menyebabkan harga ayam di tingkat peternak hanya berkisar Rp12.000 per kg, sedangkan biaya produksi mencapai Rp15.000 per kg.

Achmad Dawami menyampaikan agar siklus ini tidak berulang perlu ada upaya dari segenap pihak agar pada bulan tertentu permintaan tidak menurun dengan drastis. 

"Tentunya paling ideal menyesuaikan antara suplai dengan demand. [Kami tahu] jangan banyak produksi [pada bulan Suro] tapi siapa yang bisa mengerem produksi telur ayam? Itu tidak bisa direm," kata Achmad.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper