Bisnis.com, JAKARTA — Kendati pemerintah gencar mengupayakan akses pasar ekspor ke Eropa, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) harus bekerja lebih keras untuk menembus pasar Benua Biru.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan, saat ini pasar tekstil Eropa telah lebih dulu dimasuki dan dimanfaatkan oleh negara produsen tekstil pesaing utama RI yakni Vietnam dan Bangladesh. Bahkan, kedua negara tersebut telah lebih dulu menjalin pakta kerja sama dagang bebas dan komprehensif dengan Uni Eropa.
“Jadi kendati nanti Indonesia dan Uni Eropa serta negara anggota Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa [EFTA] resmi menjalin comprehensive economic patnership agreement [CEPA], kami dari sektor tekstil tetap harus bekerja keras. Sebab, kami terlambat dari Vietnam dan Bangladesh dalam menjalin kerja sama dengan Eropa,” katanya kepada Bisnis.com, Senin (8/10/2018).
Dia memperkirakan, meskipun nantinya ada IE-CEPA, ekspor tekstil RI ke Eropa hanya akan terkerek tipis.
Porsi ekspor TPT RI ke Uni Eropa selama ini mencapai 14% dari total ekspor TPT nasional. Berdasarkan riset Bank Indonesia sepanjang 2017, pangsa ekspor tekstil paling banyak adalah Amerika Serikat (32,34%), Uni Eropa (14,97%), dan Jepang (10,08%).
Menurut Ade, apabila IE-CEPA terjalin, porsi ekspor TPT ke Eropa akan naik menjadi sekitar 18% dari total ekspor RI pada tahun depan.
Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, proses ratifikasi IE-CEPA ditargetkan dapat terjadi pada tahun ini.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Shinta W. Kamdani mengatakan, pakta kerja sama CEPA dengan—Uni Eropa baik dengan Uni Eropa maupun EFTA—tetap memiliki manfaat yang besar terhadap sektor industri tekstil dan produk tekstil Tanah Air.
“Memang dampaknya tidak langsung cepat. Namun, minimal kita bisa mengejar ketertinggalan dari Vietnam dan Bangladesh. Lagipula, kami yakin, investasi di sektor tekstil dari Eropa yang nantinya berujung ekspor, akan tetap mengalir ke Indonesia. Pasalnya, kita punya potensi dan sumber daya yang lebih baik,” katanya.
Ketika dihubungi terpisah, Direktur Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono berpendapat, kerja sama ekonomi dengan Eropa dapat mendongkrak ekspor TPT hingga tiga kali lipat.
Pasalnya, menurut Sigit, dengan adanya kerja sama tersebut, bea masuk ekspor TPT ke Eropa dapat menjadi 0%.
Sekadar catatan, bea masuk ekspor industri TPT ke Uni Eropa sebesar 12%.
Untuk itu dia percayaa perjanjian CEPA tersebut akan semakin meningkatkan pangsa pasar tekstil Indonesia di dunia yang saat ini hanya sebesar 1,8%.
“Pasar kita besar di sana [Eropa]. Saya yakin, produk kita dapat bersaing lebih baik dengan dari Vietnam dan Bangladesh,” katanya.