Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) secara bertahap menambah jumlah tenaga terampil dalam pembuatan panel beton dan pemasangan Risha (Rumah Instan Sederhana Sehat) melalui pelatihan dan sertifikasi.
Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Syarif Burhanuddin mengatakan Kebutuhan yang besar dan dalam waktu yang cepat untuk membangun kembali rumah yang rusak akibat gempa bumi di NTB awal Agustus 2018 lalu tentunya membutuhkan banyak tenaga terampil.
"Kalau hanya untuk masa sekarang, rumah yang dibangun cenderung seperti rumah yang dulu. Tidak ada upaya pencegahan apabila terjadi gempa kembali. Pelatihan ini merupakan keseriusan pemerintah untuk membangun kembali NTB," ujar Syarif dikutip dari keterangan resmi yang diterima Bisnis, Sabtu (6/10/2018).
Adapun, target rehabilitasi dan rekonstruksi rumah rusak akibat gempa bumi di NTB akan rampung dalam kurun waktu 6 bulan sejak 1 September 2018.
Kegiatan ini merupakan sinergitas baik pelaksanaan maupun pembiayaan antara Ditjen Bina Konstruksi melalui Balai Pelatihan Jasa Konstruksi Wilayah IV Surabaya dengan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) sehingga para peserta mendapat pelatihan secara gratis.
Syarif mengatakan dari data sementara, jumlah penduduk NTB yang berminat membangun Risha sebanyak 1.800 orang dari total rumah yang rusak sebanyak 83.800 unit.
Pelatihan yang berlangsung 3 hari tersebut diikuti 560 peserta yang terbagi menjadi dua kategori yakni kategori Produksi untuk pekerja di bidang pembesian, pembetonan dan kategori pemasangan (instalasi) untuk para instaler Risha. Peserta berasal dari Kota Mataram, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur dan Lombok Barat.
Sebelumnya, Kementerian PUPR telah melakukan pelatihan serupa bagi 59 orang dan pelatihan trainer of trainer sebanyak 70 orang. Pelatihan akan dilanjutkan di Kabupaten Sumbawa Barat pada 4-6 Oktober 2018 bagi 50 peserta.
Peserta pelatihan di antaranya berprofesi sebagai tukang bangunan, petani dan masyarakat umum.
Selain memperoleh keterampilan untuk membangun kembali rumahnya sendiri, juga membantu memberikan asistensi teknis untuk rumah warga lainnya. Keterampilan ini juga bermanfaat dalam jangka panjang, sebagai sumber mata pencaharian sekaligus memenuhi kebutuhan pekerja konstruksi dari dalam Provinsi NTB sendiri.
"Pelatihan dan sertifikasi Risha di NTB akan terus dilanjutkan bekerjasama dengan LPJK. Peserta diminta serius mengikuti karena uji kompetensi dilakukan sebelum diberikan sertifikasi. Bagi yang lulus, namanya akan terdaftar dalam database tenaga kerja konstruksi yang menjadi rujukan bagi perusahaan yang membutuhkan," kata Syarif.
Kementerian PUPR dan LPJK akan melanjutkan pelatihan dan sertifikasi gratis ini bagi 1.500 orang. Pelatihan ini menjadi modal bukan hanya rumah tahan gempa teknologi Risha saja tetetapi juga rumah model konvensional maupun rumah kayu.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Prof. Arif Sabarudin mengatakan dalam membangun Risha yang terpenting adalah strukturnya, sementara untuk dinding bisa menggunakan batu bata atau kayu dan atap rangka baja ringan termasuk menggunakan material dari rumah yang rusak sebelumnya.
Rumah tahan gempa teknologi Risha merupakan rumah sistem modular yang terdiri dari panel-panel beton dengan ukuran standar yang dirakit menggunakan baut-mur.
"Biaya pembangunan struktur rumah Risha diperkirakan Rp 25-27 juta. Waktu pengerjaannya satu unitnya bila sudah ahli bisa selesai 6 jam, namun bila belum selesai dalam 2 hari. Oleh karenanya setelah pelatihan dan semakin sering diterapkan akan semakin ahli," kata Arif.