Bisnis.com, JAKARTA — Produksi kakao nasional tahun ini diperkirakan turun sekitar 11% seiring belum selesainya masalah lama seperti usia mayoritas tanaman yang sudah tua.
Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) M. Arie Nauvel mengatakan kemungkinan pada tahun ini produksi biji kakao akan menurun daripada tahun sebelumnya yakni 230.000 ton.
Padahal, tambahnya, di atas kertas kapasitas industri pengolahan kakao yang terpasang sampai dengan 800.000 ton. Tetapi yang terpakai hanya setengahnya karena pasokan dari dalam negeri minim sementara pelaku usaha harus mengeluarkan biaya lebih untuk impor. "Impor pun dari tahun ke tahun naik karena memang produksi dari dalam negeri terbatas," jelasnya kepada Bisnis, Kamis (4/10/2018).
Arie mengatakan berkurangnya produksi dalam negeri karena berbagai faktor. Adapun persolan lama yang belum terselesaikan sampai dengan saat ini adalah umur tanaman yang sudah tua yang menyebabkan produktivitasnya juga menurun.
Menurutnya, memang perlu segera dilakukan peremajaan kebun karena banyak pohon yang sudah tua dan itu perlu diiniasiasi pemerintah. Selain itu ada juga penyakit kakao yang masih menghambat hasil produksi.
Arie mengatakan regulator dan industri mempunyai pusat penelitian masing-masing, dia berharap kedua kubu bisa kerjasama karena persoalan utama dari budidaya kakao selalu sama setiap tahun sehingga persoalan seperti penyakit atau hama bisa tereliminasi.
Tapi menurutnya ada permasalahan baru yang harus segera diantisipasi pada sektor hulu yakni petani mengalihkan penggunaan lahannya untuk komoditas lain. Artinya, populasi pohon kakao akan semakin berkurang begitu juga produksinya.
Nah, sekali petani beralih pada komoditas lain biasanya akan perlu waktu lama untuk mengembalikannya seperti semula. Misalnya yang terjadi pada komoditas lain seperti bawang putih atau kedelai yang sedang diusahakan swasembada.
"Menurut saya petani itu mulai beralih ke komoditas lain yang lebih menjanjikan atau mereka melihat kakao belum dapat memberikan masa depan bagi mereka. Kami lihat sementara ini pindah menanam kelapa sawit atau karet tapi presentasenya masih bisa diantisipasi dan belum signifikan. Saya pikir perlu perhatian bersama bukan hanya asosiasi industri tapi juga pemain lain untuk berkolaborasi," katanya.