Bisnis.com, JAKARTA – Informasi kepastian fasilitas navigasi dan landasan pacu minimal dinilai menjadi faktor utama sektor penerbangan pasca-terjadi gempa bumi.
Direktur Operasi Garuda Indonesia Bambang Adisurya Angkasa mengatakan kedua hal tersebut menjadi patokan utama saat melakukan lepas landas (take off) maupun mendarat (landing). Terlebih, pihak maskapai akan selalu mengutamakan keselamatan penerbangan.
"Kami perlu kepastian soal fasilitas navigasi dan runway paling minimal yang bisa digunakan. Selain itu, perlu declare bahwa bandara aman untuk didarati," ungkapnya pada Kamis (4/10/2018).
Dia menambahkan apabila terjadi perubahan kondisi bandara yang menyebabkan panjang runway menjadi berkurang akibat kerusakan (crack), maskapai akan mengganti operasional pesawat menyesuaikan dengan kondisi tersebut.
Saat kejadian gempa di Palu, Garuda mengganti operasional pesawat Boeing 737-800 menjadi ATR 72-600 yang sanggup beroperasi pada runway pendek.
Selain itu, alat navigasi yang digunakan saat itu hanya yang berbasis visual, sehingga hanya bisa dilakukan saat hari terang yakni pukul 06.00 – 17.00 waktu setempat.
Bambang menyebut Boeing 737 memungkinkan untuk panjang runway pendek dan navigasi berbasis visual, tetapi kondisi runway yang rusak berisiko merusak mesin pesawat.
Biasanya saat runway mengalami crack, terdapat foreign objects damage (FOD) yang bisa terisap oleh mesin jet, sehingga pesawat bermesin baling-baling (propeller) lebih aman.
"Kami berkomitmen untuk tetap bisa memberikan akses bagi masyarakat. Begitu bandara dinyatakan dibuka, kami berkoordinasi langsung dengan AirNav dan Kemenhub untuk menerbangkan ATR guna membawa bantuan dan mengevakuasi orang," ujarnya.