Bisnis.com, JAKARTA — PT Inalum (Persero) dan Freeport-McMoRan Inc. segera mendiskusikan struktur manajemen baru PT Freeport Indonesia setelah proses pengalihan saham tuntas.
Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), induk usaha BUMN pertambangan, mengatakan bahwa komposisi manajemen baru di Freeport Indonesia akan ditentukan bersama dengan Freeport McMoRan Inc.
“Nanti akan kami pilih bersama. Kami akan perhatikan yang terbaik, supaya jangan sampai terganggu karena banyak proses pengambilalihan itu yang begitu enggak mulus malah produksi turun,” katanya, Jumat (28/9).
Dia menuturkan, ke depan pengelolaan manajemen Freeport Indonesia akan didasarkan pada keputusan bersama antara Inalum dan perusahaan tambang asal Amerika Serikat tersebut.
Kendtai Inalum memegang saham mayoritas Freeport Indonesia, yaitu sebesar 51,23%, pengambilan keputusan tidak mutlak dilakukan sepihak dan tetap akan melibatkan FCX. “Sebenarnya sudah jelas dari kepemilikan saham kami lebih, cuma dalam pengambilan keputusan, kami ajak [FCX].”
Menurutnya, pengelolaan bersama penting dilakukan untuk memastikan pengoperasian tambang berjalan mulus. PTFI akan segera mengalihkan operasi dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah yang lebih kompleks.
Produksi bijih Freeport Indonesia akan turun dalam 2 tahun ke depan karena cadangan di tambang terbuka akan habis.
Pada Kamis (28/9), Inalum bersama FCX dan Rio Tinto melakukan penandatanganan jual beli saham (sales and purchase agreement/SPA) dan perjanjian pemegang saham PT Freeport Indonesia.
Dengan penandatanganan ini, jumlah saham Freeport Indonesia yang dimiliki Inalum naik dari 9,36% menjadi 51,23%. Pemda Papua juga mendapatkan saham 10%. Perubahan kepemilikan saham ini akan resmi terjadi setelah transaksi pembayaran senilai US$3,85 miliar kepada FCX tuntas. Pembayaran tersebut ditargetkan tuntas pada November 2018.
Proses pembentukan perusahaan patungan antara Inalum dan Pemerintah Daerah Papua terkait dengan pengambilan saham 10% masih dikaji.
Budi menuturkan, pihaknya akan bertemu dengan bupati dan gubernur daerah setempat untuk membahas mekanisme masuknya pemda ke porsi saham 10% tersebut. “Kami kerja sama dengan pemda. Bisa pakai BUMD yang ada atau pakai cucu perusahaan kami. Saya rasa lebih cepat yang sudah ada saja.”
Dia mengatakan, pembentukan perusahaan patungan itu akan dilakukan saat transaksi pelunasan biaya akuisisi 51% saham Freeport rampung.
Budi sebelumnya menyampaikan bahwa dalam proses divestasi 51% saham Freeport, Inalum dan Pemda Papua akan membentuk perseroan khusus untuk memiliki 25% saham Freeport Indonesia. Perusahaan khusus ini akan dimiliki oleh Inalum dengan porsi saham 60% dan Pemda Papua sebesar 40%. Dengan langkah ini, total kepemilikan saham Pemda Papua di PTFI menjadi 10%.
Sementara itu, Freeport-McMoRan akan mengutamakan kemitraan dengan Inalum dalam pengelolaan tambang di Papua.
CEO Freeport-McMoRan Richard Adkerson mengatakan, pihaknya telah mendiskusikan soal kemitraan dalam pengelolaan Freeport Indonesia.
Menurutnya, sudah ada perjanjian yang disepakati untuk menjaga keberlanjutan dan stabilitas operasional di Grasberg.
“Jadi ini akan menjadi kemitraan antara Inalum dan Freeport yang masing-masing [kepemilikan saham] 51%—49%. Saya merasa bahwa aktivitas [di Freeport Indonesia] merupakan yang paling rumit di dunia,” katanya.
Terkait dengan operasional perusahaan, pihaknya belum berencana mengubah manajemen. Menurutnya, penting bagi perusahaan memiliki kesinambungan operasi. Pasalnya, perusahaan tambang tersebut dihadapkan tantangan untuk fokus menggali dari lubang terbuka ke tambang bawah tanah yang relatif lebih rumit secara teknis.
“Kami membentuk kemitraan dengan Inalum untuk tata kelola PTFI. Kami terus melanjutkan operasi dan memastikan bahwa operasinaya ditangani dengan cara yang benar.”