NANNING, China — Peluang meningkatkan kerja sama dagang dan investasi dengan China kian terbuka lebar setelah Indonesia diminta menjadi Country of Honor untuk pergelaran China-Asean Expo (CAEXPO) 2019.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Arlinda mengatakan, melalui status tersebut, RI akan mendapatkan keistimewaan lebih besar dibandingkan dengan negara peserta lain, terutama dalam mengeksplorasi kerja sama dengan negara anggota pameran multinasional tersebut.
“Kita dapat menggelar forum khusus untuk Indonesia dengan negara lain. Kita juga akan lebih diistimewakan karena bakal menjadi fokus dalam CAEXPO tahun depan. Hal itu tentu saja menjadi kesempatan besar bagi Indonesia,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (12/9/2018).
Dia melanjutkan, dengan menyandang status tersebut, nantinya Indonesia akan difasilitasi menggelar forum bisnis berbentuk business to business (b-to-b) dengan negara anggota China-Asean Free Trade Aggrement (CAFTA) maupun negara lain non-CAFTA.
Kendati demikian, tawaran menjadi Country of Honor tersebut masih akan dikomunikasikan dengan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Sekadar catatan, pada tahun ini, status Country of Honor disandang oleh Kamboja.
Di sisi lain, Arlina menyebutkan, pergelaran CAEXPO tahun ini diyakini akan membantu Indonesia mencapai target kenaikan ekspor nonmigas ke Negeri Panda sebesar 22% pada 2018 dari realisasi tahun lalu senilai US$21,35 miliar.
Meskipun kepesertaan delegasi Merah Putih di CAEXPO 2018 tidak terlalu besar sumbangsihnya, dia yakin paviliun Indonesia di pameran tersebut akan menjadi salah satu garda depan dalam meningkatkan ekspor.
Hal tersebut tercermin dari terus meningkatnya jumlah booth dan perusahaan asal Indonesia yang ikut dalam pameran tersebut. Pada tahun ini jumlah booth RI mencapai 79 unit, naik dari tahun lalu yang mencapai 60 unit.
Perusahaan yang ikut serta pun melonjak dari 60 perusahaan pada 2017 menjadi 66 perusahaan pada tahun ini. Sementara itu, nilai transaksi paviliun Indonesia ditargetkan dapat naik 10% dari tahun lalu yang sejumlah US$2,014 juta.
“Tahun depan kami ingin tambahkan pameran produk CPO beserta turunannya, serta bahan bakar terbarukan untuk ikut di paviliun Indonesia. Melihat besarnya ketertarikan China terhadap produk-produk tersebut,” lanjutnya.
INVESTASI BARU
Dalam CAEXPO kali ini, Indonesia mendapatkan prospek investasi baru dari perusahaan China yakni Pacific Construction Group senilai US$5 miliar. Investasi tersebut akan disalurkan melalui kerja sama dengan perusaahaan RI yakni PT Famindo International Sentral Teknologi.
Kedua perusahaan itu dijadwalkan menandatangani nota kerja sama (memorandum of cooperation/MoC) pada Kamis (13/9) di CAEXPO 2018.
Arlinda berujar, kerja sama tersebut berupa pembangunan pabrik produk berteknologi tinggi di Bitung mulai tahun depan. Adapun, Famindo sendiri merupakan perusahaan RI pembuat produk berteknologi tinggi seperti drone.
Duta Besar Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun mengatakan, Indonesia akan terus memanfaatkan kesempatan seperti CAEXPO untuk meningkatkan kerja sama dagang dengan China.
Pasalnya, meskipun Indonesia menjadi negara ekonomi terbesar di Asean, nilai perdagangan Indonesia dengan China menempati posisi kelima, di bawah Singapura, Vietnam, Thailand dan Malaysia pada 2017.
“Kita mitra strategis China, tetapi nilai perdagangannya tidak mencerminkan sifat strategis itu. Pameran CAEXPO dan keikutsertaan kita dalam proyek Belt and Road Initiative akan menjadi tumpuan kita ke depan untuk meningkatkan perdagangan dengan China,” katanya.
Pada perkembangan lain, ajakan kerja sama yang lebih erat di sektor perdagangan, investasi dan inovasi diserukan oleh Wakil Perdana Menteri China Han Zheng kepada negara-negara Asean.
“China ingin mendorong lebih banyak kerja sama dalam bentuk transfer pengetahuan sektor teknologi ke Asean. Salah satunya memberikan pelatihan mengenai teknologi tinggi ke masyarakat Asean,” katanya.
Negeri Panda pun mengapresiasi pernyataan negara anggota Asean yang mendukung dan siap terlibat dalam perdagangan yang terbuka dan adil dalam kerangka CAFTA. Apresiasi juga muncul ketika Asean juga dianggap aktif dalam mewujudkan pakta kerja sama ekonomi yang lebih luas yakni Regional Comprehensive Economic Patnership (RCEP).
“Kami sangat senang, Asean menyatajan dukungannya untuk sistem perdagang bebas multilateral dan menolak proteksionisme. Pernyataan itu akan membuat kerja sama dagang kedua kawasan akan terus terakselerasi,” kata Duta Besar China untuk Asean Huang Xilian.