Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) mendukung penuh terkait rencana Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang akan menjadikan Bandara I Ngurah Rai, Bali, menjadi hub kargo internasional.
Ketua Umum ALI Zaldy Ilham Masita mengatakan potensi tersebut sejalan dengan jalur penerbangan yang ramai di bandara itu baik inbound maupun outbund.
"Sangat mendukung Bandara Bali menjadi hub kargo transit karena jalur penerbangannya yang ramai baik yang inbound maupun outbund. Dari Bali juga akan lebih dekat untuk menjangkau Indonesia Timur," katanya, Kamis (6/9/2018).
Namun, dia memandang ada kendala yang dihadapi saat ini yaitu terkait lahan di bandara itu yang terbatas untuk menjadikan area kargo yang besar.
Berdasarkan catatan Bisnis, kapasitas gudang kargo yang dimiliki bandara hanya sekitar 5.000 meter persegi. Adapun berdasarkan data BPS, secara kumulatif perkembangan jumlah bagasi dan barang yang dikapalkan melalui Ngurah Rai mengalami peningkatan sebesar 33,4% yaitu dari 60,3 juta ton menjadi 80,5 juta ton. (Bisnis, 8/11/2017).
Adapun untuk memanfaatkan lahan yang terbatas tersebut, kata Zaldy, perlu ada pengembangan kawasan pergudangan kargo udara yang memanfaatkan otomasi agar bisa maksimal memanfaatkan lahan tersebut.
Sebelumnya, Provinsi Bali direncanakan menjadi hub kargo internasional seiring tingginya frekuensi penerbangan internasional di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali.
Ide menjadikan Bali sebagai hub kargo internasional atau air transhipment cargo berasal dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. "Betul (jadi tempat singgah kargo udara)," kata Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi ketika dikonfirmasi Bisnis.
Heru mengatakan potensi tersebut dilihat dari frekuensi penerbangan yang cukup tinggi di bandara itu dengan rata-rata sekitar 100 lebih penerbangan internasional per hari.
Kendati demikian, dia belum menjelaskan lebih jauh tentang rencananya ini, yang pasti dia sudah memiliki skema yang pas guna merealisasikan rencana tersebut.