Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri alas kaki dalam negeri terus mendorong pemerintah untuk segera menyelesaikan perjanjian dagang dengan Uni Eropa sehingga ekspor produk ini bisa tumbuh dua digit.
Budiarto Tjandra, Ketua Pengembangan Sport Shoes & Hubungan Luar Negeri Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), mengatakan kawasan tersebut selama ini menjadi tujuan utama ekspor alas kaki dalam negeri.
Kontribusi ekspor alas kaki ke Uni Eropa mencapai 31% dari total ekspor senilai 4,52 miliar euro sepanjang tahun lalu. “Kalau bisa segera diselesaikan, ekspor alas kaki bisa naik 10%—20%,” ujarnya, Senin (3/9).
Apalagi, saat ini pesaing terdekat di kawasan Asia Tenggara, yaitu Vietnam telah mencapai kesepakatan free trade agreement (FTA) dengan Uni Eropa sehingga semakin banyak permintaan ke negara tersebut.
Terkait dengan rencana ratifikasi kerja sama bilateral Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), dia menilai tidak akan berdampak signifikan terhadap industri alas kaki dalam negeri.
Hal ini disebabkan pasar di Negari Kangguru tersebut tidak terlalu besar. Selama ini, jumlah ekspor alas kaki ke Australia hanya 2% dari total ekspor senilai 4,52 miliar euro. “Pasar di sana tidak besar karena penduduk Australia juga tidak terlalu banyak,” jelasnya.
Kendati tidak berdampak besar terhadap pertumbuhan ekspor, Tjandra tetap menyambut baik rencana ratifikasi IA-CEPA pada November nanti. Dia meyakini tetap akan ada dampak baik terhadap industri alas kaki nasional walaupun tidak terlalu besar.
Saat ini, Indonesia berada di urutan keenam sebagai negara eksportir terbesar di dunia setelah China, Vietnam, Italia, Jerman, dan Belgia. Sepanjang tahun lalu, ekspor alas kaki mencapai 4,52 miliar euro atau naik 7,96% secara tahunan dari 4,19 miliar euro pada tahun sebelumnya.