Bisnis.com, JAKARTA - PT PLN (Persero) mencatat sampai dengan Juli 2018 total kapasitas pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) yang beroperasi telah mencapai 6.660,3 megawatt (MW). Jumlah tersebut mencapai 11,9% dari total keseluruhan pembangkit yang beroperasi, yakni 55.958 MW.
Direktur Regional Jawa Bagian Tengah PLN Amir Rosidin mengatakan porsi terbesar pembangkit EBT berasal dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang mencapai 4.010 MW atau 7,17% dari total pembangkit EBT.
Kemudian disusul oleh pembangkit listrik panas bumi (PLTP) sebesar 1.948,5 MW atau 3,48%. Lalu, PLTM yang sudah beroperasi sebesar 412 MW atau 0,74%, sementara PLTBm, PLTBg, PLTSa kapasitasnya mencapai 198,8 MW atau 0,36%.
Sedangkan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) dan pembangkit surya (PLTS) masing-masing sebesar 75 MW atau 0,13% dan 16 MW atau 0,03%.
"Untuk geothermal (PLTP) diharapkan bisa bertambah 1.948,5 MW menjadi 6.387,5 MW sampai 2027," ujar Amir dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (29/8/2018).
Saat ini, kata Amir, sebanyak 276 MW pembangkit panas bumi baik milik PLN maupun IPP, masih dalam proses kontruksi. Sedangkan sebagian besarnya masih dalam tahap eksplorasi pengeboran, yakni sebesar 1.103 MW.
Pengembangan PLTA oleh IPP nampaknya juga banyak diminati. Dari data PLN, saat ini tercatat sebesar 11.683 MW proposal PLTA IPP masuk. Dari jumlah tersebut yang sudah memasuki proses kontrak jual beli (PPA) sebanyak 1344 MW.
Sementara itu, berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018-2027 penambahan pembangkit EBT dapat mencapai 14.912 MW dengan porsi terbesar dari PLTA dan PLTMH.
Jumlah tersebut jauh berkurang dari rencana pengembangan EBT yang tercantum dalam RUPTL 2017-2026, yakni sebesar 21.560 MW.
Sebelumnya, menurut penjelasan PLN, penyesuaian porsi EBT pada RUPTL 2018-2027 tersebut mengikuti jumlah pembangkit secara keseluruhan yang juga mengalami penyesuaian dari 78.000 MW menjadi 56.000 MW
Penyesuaian terjadi lantaran kebutuhan atau permintaan listrik tidak sesuai proyeksi awal. Semula ketika perseroan menargetkan pembangunan pembangkit sebesar 78.000 MW hingga 2026, pertumbuhan permintaan listrik diproyeksikan sebesar 8%. Namun ternyata, tahun lalu pertumbuhan permintaan hanya sebesar 4%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel