Bisnis.com, JAKARTA — Isu divestasi 80,6% saham LafargeHolcim Ltd. di PT Holcim Indonesia Tbk. (SMCB) kian santer beredar. Jika terealisasi, hal ini akan menjadi pintu masuk konsolidasi industri semen di Tanah Air.
Divestasi Holchim Indonesia menjadi topik utama headline koran cetak Bisnis Indonesia edisi Selasa (21/8/2018). Berikut laporannya.
Dilansir dari Bloomberg, sejumlah perusahaan asal Asia, antara lain Taiheiyo Cement Corp. dari Jepang dan YLT Corp. dari Malaysia, tengah melirik rencana aksi korporasi yang disebut-sebut membidik dana segar hingga US$2 miliar.
Dua produsen semen terbesar di Indonesia, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP), juga dikabarkan turut tertarik dengan rencana divestasi emiten berkode saham SMCB tersebut.
Saat dikonfirmasi Bisnis, Direktur Utama Indocement Tunggal Prakasa Christian Kartawijaya mengaku masih melakukan studi internal terkait dengan rencana divestasi Holcim Indonesia. Salah satu pertimbangan utamanya adalah kondisi industri yang masih mengalami kelebihan pasokan.
“Mengingat kondisi industri semen nasional yang masih oversupply, tentunya kami harus berhati-hati,” ujar Christian, Senin (20/8/2018).
Di dalam negeri, industri semen nasional memang masih menghadapi masalah kelebihan pasokan hampir 40 juta ton.
Sementara itu, Corporate Secretary Semen Indonesia Agung Wiharto mengatakan belum memiliki informasi terkait dengan rencana divestasi saham Holcim Indonesia.
Produsen semen pelat merah itu mengaku tidak menerima informasi formal apapun terkait dengan aksi korporasi tersebut.
Saat dikonfirmasi mengenai isu divestasi, Presiden Komisaris dan Komisaris Independen Holcim Indonesia Kuntoro Mangkusubroto enggan berkomentar. “Maaf, belum bisa saya sampaikan,” ujarnya membalas pesan singkat Bisnis.
Media Relations Holcim Ian Rolando yang dimintai konfirmasi juga mengatakan belum menerima informasi resmi apapun dari induk perusahaan tentang aksi divestasi saham. “Kami belum bisa kasih statement apa-apa.”
Dalam riset yang dipublikasikan melalui Bloomberg, analis BCA Sekuritas Nyoman W. Prabawa dan Michael Ramba memproyeksikan rencana akuisisi baik oleh Semen Indonesia maupun Indocement Tunggal Prakarsa akan mengubah industri semen dari kompetitif menjadi oligopoli. Hal tersebut berpeluang menciptakan perbaikan rerata harga jual atau average selling price.
BCA Sekuritas memaparkan skenario jika salah satu produsen semen itu melakukan akuisisi Holcim Indonesia.
Pertama, pangsa pasar Semen Indonesia akan naik dari 39,4% menjadi 54,6%. Secara detail, pangsa penjualan produk semen sak SMGR naik dari 37,1% menjadi 53,9%.
Kedua, pangsa pasar Indocement Tunggal Prakarsa akan naik dari 26,2% menjadi 41,4%. Adapun, pangsa pasar penjualan semen sak INTP diprediksi naik 26,8% menjadi 43,7%.
Menurut data BCA Sekuritas, SMGR masih menjadi produsen semen dengan kapasitas produksi terbesar 35.900 kilotonnes per annum (KTPA). Posisi kedua ditempati oleh INTP dengan 24.900 KTPA dan diikuti oleh SMCB dengan 15.000 KTPA.
Berdasarkan catatan Bisnis, laba bersih SMGR dan INTP tergerus hingga dua digit pada semester I/2018. Bahkan, laba bersih yang dikantongi menjadi yang terendah pada rentang semester I/2015—semester I/2018.
Dari sisi net profit margin (NPM), besaran yang dibukukan oleh dua produsen semen terbesar itu terus mengalami penyusutan dalam 4 tahun terakhir.
REAKSI PASAR
Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, saham SMCB, INTP, dan SMGR kompak menguat pada penutupan perdagangan, Senin (20/8). Bahkan, harga saham SMCB melesat 24,84% atau 195 poin ke level Rp980.
Sepanjang periode berjalan semester II/2018, harga saham SMCB terus melesat naik. Tercatat, harga saham telah naik 81,48% dari posisi Rp540.
Frederik Rasali, Vice President Research Artha Sekuritas, menilai investor berbondong-bondong menyerbu saham SMCB. Pasalnya, mereka mengincar profit taking dari kenaikan harga saham yang terjadi.
“Apabila terjadi akuisisi dan investor memiliki saham tersebut, maka ada tender offer yang biasanya berada di harga tertinggi dalam 90 hari terakhir setelah terjadinya pengumuman,” paparnya.
Dari sisi industri semen, dia memproyeksikan masuknya investor selain INTP atau SMGR akan menambah ketat persaingan. Artinya, tidak terjadi perubahan dari kondisi kelebihan pasokan yang menekan harga jual para produsen semen.
Mohammad Faisal, Direktur Penelitian Center of Reform and Economic (CORE) Indonesia, mengatakan munculnya banyak pemain di industri semen akan memengaruhi harga.
“Ketika banyak pemain, persaingan menjadi ketat dan harganya pun jatuh,” ujarnya. (M. Nurhadi Pratomo/Annisa Sulistyo Rini)