Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat (PUPR) bakal menggunakan teknologi rumah instan sederhana sehat atau RISHA dalam rekontruksi permukiman di Lombok pascabencana gempa.
Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono mengatakan teknologi RISHA sudah teruji di berbagai rekonstruksi pascabencana, misalnya rekonstruksi rumah pascagempa dan tsunami di Aceh dan Nias pada 2014, gempa Yogyakarta (2006), dan erupsi Gunung Sinabung (2015).
"Kami sudah bangun 20 rumah RISHA [di Lombok], 156 tenaga pendamping juga sudah ada di sana. Ini salah teknologi untuk membangun rumah tahan gempa," ujarnya di Jakarta, Senin (20/8/2018).
Untuk diketahui, teknologi RISHA memungkinkan pembangunan rumah dilakukan dengan cepat karena menggunakan panel knock down. Biaya pembangunan RISHA mencapai Rp50 juta untuk tipe 36 meter persegi.
Selain mengirim panel beton pracetak untuk rumah RISHA, Kementerian PUPR juga membawa cetakan ke Lombok yang bisa digunakan untuk melatih masyarakat membuat komponen RISHA. Walhasil, masyarakat akan terlibat mulai dari pembuatan komponen hingga perakitan.
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR, Danis H. Sumadilaga mengatakan penggunaan teknologi tahan gempa menjadi salah satu upaya untuk mengantisipasi dampak bencana gempa. Terlebih, bencana gempa tidak bisa diprediksi secara pasti.
"Kita perlu antisipasi dengan cara membangun lebih baik. Ada dua bangunan RISHA di sini yang kemarin tahan gempa," ujarnya.
Dia menambahkan, dua unit rumah contoh yang masih tegak berdiri yakni Balai Dusun Akar-Akar Utara dan Sekolah Adat Bayan, Desa Karang Bajo di Lombok Utara. Sejauh ini, berdasarkan informasi yang dilansir Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebanyak 71.962 unit rumah rusak dan 36.000 diantaranya rusak berat.