Bisnis.com, JAKARTA — Peningkatan permintaan, baik itu dari pasar domestik maupun ekspor, menjadi pendorong pertumbuhan industri karet, barang dari karet, dan plastik pada kuartal II/2018.
Badan Pusat Statistik mencatat pada periode April—Juni 2018, industri tersebut tumbuh signifikan, yaitu sebesar 11,85% secara tahunan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 3,18%.
Dari sisi industri plastik, Fajar Budiyono, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas), mengatakan permintaan produk plastik hilir hingga kuartal II tetap tinggi, walaupun ada kenaikan impor untuk bahan baku.
“Industri hilir sedang bagus, ke depan juga akan kuat karena ada pemilu. Akan ada banyak acara, seperti rapat,” katanya akhir pekan lalu.
Menurutnya, permintaan produk plastik hilir meningkat seiring dengan pertumbuhan kebutuhan makanan dan minuman dalam menyambut pesta demokrasi pada tahun depan.
Sementara itu, dari sisi industri karet, Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian Edy Sutopo mengatakan, produksi crumb rubber sedang mengalami peningkatan.
Pada tahun lalu, total produksi crumb rubber mencapai 3,6 juta ton atau lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebanyak 3,2 juta ton.
Crumb rubber merupakan bahan baku untuk beberapa produk karet hilir seperti ban, belt conveyor, spare part kendaraan, dock fender, vulkanisir, dan lainnya.
“Salah satu faktor peningkatan produksi crumb rubber adalah curah hujan yang cukup baik. Pada 2016, curah hujan rendah karena el-nino,” katanya.
Seiring peningkatan produksi tersebut, konsumsi karet dalam negeri juga meningkat untuk diproses menjadi produk hilir karet, yaitu dari sekitar 601.000 ton menjadi 631.000 ton.
“Dari sisi ekspor, ada peningkatan juga untuk produk crumb rubber dan sarung tangan karet,” katanya.