Bisnis.com, JAKARTA – Investasi pembangunan pembangkit energi terbarukan secara nasional diharapkan dapat segera memasok sumber energi listrik bagi pembangunan wilayah dan pengembangan investasi regional.
Sehubungan dengan hal tersebut, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru berkapasitas 510 Megawatt di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara--yang menjadi bagian integral dari Proyek Strategis Nasional 35.000 MW--diharapkan dapat memacu realisasi investasi tak hanya di Sumatra Utara tetapi juga di seluruh Sumatra.
Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar Firmandez mengatakan bahwa PLTA Batang Toru akan meningkatkan pasokan listrik yang sangat dibutuhkan dunia usaha di Sumatra selama ini. Jaminan pasokan listrik akan membuat sektor riil bergairah sehingga investasi pun bisa meningkat dan perekonomian daerah akan tumbuh lebih cepat lagi.
“Perekonomian akan tumbuh positif. Tidak hanya di Sumut dan Aceh. Bila proyek ini sudah selesai, saya optimistis investasi di Pulau Sumatra pun akan tumbuh,” kata Firmandez, yang juga Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh, dalam keterangan resmi yang diterima, Selasa (7/8/2018).
Dengan melihat besarnya kapasitas listrik yang diproduksi, Firmandez yakin PLTA Batang Toru memberikan dampak positif bagi dunia usaha di Sumatra. Hal itu, kata dia, karena persoalan utama sektor usaha di Sumatra disebabkan krisis listrik. Sementara itu, investasi tidak bisa dipisahkan dari ketersediaan energi.
“Investasi itu berbading lurus dengan kesiapan kemandirian energi. Dengan sistem interkoneksi antarprovinsi seperti sekarang ini, saya yakin PLTA ini sangat membantu mempercepat investasi di Sumatera,” kata Firmandez, yang juga anggota Komisi VI DPR.
PLTA Batang Toru merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk mendorong pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi ke luar Pulau Jawa. Proyek ini menggunakan energi baru terbarukan yang menjadi perhatian utama Presiden Jokowi dan Wapres Kalla berkaitan mengantisipasi perubahan iklim.
Proyek ini ditargetkan bisa beroperasi pada 2022. Pembangkit berteknologi canggih ini didesain irit lahan dengan hanya memanfaatkan badan sungai seluas 24 hektare (ha) dan lahan tambahan di lereng yang sangat curam seluas 66 ha sebagai kolam harian untuk menampung air.
Air kolam harian tersebut akan dicurahkan melalui terowongan bawah tanah menggerakkan turbin yang menghasilkan tenaga listrik sebesar 510 MW. PLTA Batang Toru dinilai sangat efisien dari sisi penggunaan lahan, terutama jika dibandingkan dengan Waduk Jatiluhur di Jawa Barat yang membutuhkan lahan penampung air seluas 8.300 ha untuk membangkitkan tenaga listrik berkapasitas 158 MW.
Anggota DPRD Sumut Sutrisno Pangaribuan mengapresiasi proyek tersebut. Pada dasarnya, kata dia, Sumut memang sangat butuh pengembangan listrik. Pemadaman listrik yang masih terus terjadi di Sumut membuktikan kalau kapasitas listrik yang disuplai untuk Sumut sudah tidak memadai.
Sutrisno meyakini, penggunaan energi baru dan terbarukan dalam operasional pembangkit ini, akan memberi manfaat lebih. Investasi yang meningkat tentu akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi masyarakat Sumut dan Sumatra secara umum.
“Dari segi kebutuhan listrik, kami memang sangat butuh pengembangan. Saya yakin bila PLTA Batang Toru ini sudah selesai, akan banyak dampak baiknya untuk masyarakat,” katanya.