Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kementan Bantah Produksi Karet Akan Turun 40%

pKementerian Pertanian membantah adanya potensi penurunan produksi karet hingga 40% tahun ini akibat ancaman penyakit gugur daun yang disebabkan jamur fusicoccum./p
Pekerja memuat getah karet di tempat penampungan karet sementara Singkut, Sarolangun, Jambi, Kamis (19/10)./ANTARA-Wahdi Septiawan
Pekerja memuat getah karet di tempat penampungan karet sementara Singkut, Sarolangun, Jambi, Kamis (19/10)./ANTARA-Wahdi Septiawan

Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Pertanian membantah adanya potensi penurunan produksi karet hingga 40% tahun ini akibat ancaman penyakit gugur daun yang disebabkan jamur fusicoccum.

Direktur Perlindungan Tanaman Perkebunan Dudi Gunadi menyebutkan pihaknya memang mendapat laporan terkait serangan fusicoccum di Sumatra Selatan yakni atas lahan seluas 90 haktare (ha) di Musi Rawas Utara dan 200 ha di Prabumulih. Dia juga mengamini bahwa gugur daun pada karet akibat fusicoccum memang sangat berbahaya apalagi jika sampai menyerang daun muda. Namun, serangan tersebut telah berhasil dikendalikan.

“Sudah dilakukan pengendalian oleh brigade pengendalian OPT [organisme pengganggu tumbuhan] Sumatra Selatan dan Balai Besar Perbenihan dan Protensi Tanaman Perkebunan Sumatra Utara,” katanya kepada Bisnis, Selasa (1/8/2018) malam.

Menurut Dudi, kegiatan pengendalian di Musi Rawas Utara dilakukan pada Februari sementara untuk di Prabumulih pada Juli tahun ini. Pengendalian dilakukan dengan cepat melalui cara fogging. Untuk meningkatkan efektivitasnya, fogging pun hanya bisa dilakukan pada waktu tertentu yakni di malam hari ketika pergerakan udara tidak terlalu tinggi.

Kendati telah melakukan penanggulangan, dia menyebutkan pihaknya bekerja sama dengan dinas terkait di provinsi dan kabupaten hingga saat ini masih terus memantau daun-daun muda pada tanaman karet untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama.

Adapun untuk daerah lain, sejauh ini pihaknya belum mendapatkan laporan lebih lanjut terkait serangan fusicoccum.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa kemungkinan penurunan produksi hingga 40% memang mungkin terjadi tetapi hanya untuk wilayah yang terjangkit penyakir gugur daun ini. Berdasarkan data yang didapat pihaknya dari kedua lahan tersebut, luasan tanaman karet yang terkena penyakit fusicoccum hanya mencapai 290 ha.

Kalaupun memang serangan penyakit daun ini telah menjalar ke lahan seluaras 22.000 ha seperti yang disebutkan oleh Direktur Pusat Penelitian Karet Bogor Gede Wibawa sebelumnya, dia yakin bahwa potensi penutunan produksi karet nasional tidak akan sedrastis itu karena jumlah lahan terserang masih jauh di bawah total luasan lahan kebun karet yang mencapai 3 juta ha.

 “Koreksi saya, tidak menurunkan produktivitas 40% dari seluruh luasan Indonesia ya. Itu hanya mungkin ada penurunan sd 40% pada tanaman yang terserang dan itupun kalau tidak dilakukan pengendalian, kalau dilakukan pengendalian, tentu saja akan mengalami recovery,” katanya.

Sebelumnya, Bisnis mencatat, Direktur Pusat Penelitian Karet Bogor Gede Wibawa menyebutkan bahwa hingga Februari 2018, lahan seluas 22.000 ha yang tersebar di 7 provinsi yakni Sumatra Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Jawa tengah, Jawa Timur dan Lampung telah terpapar penyakit ini.

“Data kasar yang kami miliki dari laporan dari perusahaan-perusahaan perkebunan per Februari 2018 di 7 provinsi diketahui sudah terpapar 22.000 ha,” katanya.

Menurutnya, penyakit ini terdeteksi pertama kali di Sumatra Utara pada 2016, diperkirakan karena adanya pembelian bibit. Penyakit kemudian dengan cepat menyebar ke kantong-kantong perkebunan karet terutama di Sumatra melalui udara.

Dia bahkan memprediksi bahwa luasan lahan yang terpapar penyakir gugur daun saat ini sudah lebih dari 22.000 ha karena telah menyerang perkebunan rakyat. Dengan semakin luasnya paparan penyakit ini, dia memprediksi roduksi getah karet Indonesia berpotensi menurun sekitar 40%-50% tahun ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper