Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pariwisata menilai digitalisasi dalam aspek kehidupan termasuk di bidang pariwisata adalah sebuah keniscayaan dari perkembangan zaman.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan digitalisasi (go digital) ditandai dengan munculnya pola sharing economy yang kini melanda semua bidang.
Pada bidang telekomunikasi didahului dengan munculnya internet dan smartphone, kemudian diikuti bidang transportasi (munculnya Grab, Uber, dan Gojek) dan industri pariwisata dengan munculnya online travel agency (OTA) seperti Traveloka dan AirBnB.
“Dengan munculnya OTA lalu bagaimana sikap kita? Ada tiga pilihan baik bagi pelaku industri maupun pemerintah atau regulator yakni confront, compete, dan cooperate,” ujarnya dalam siaran pers, Rabu (1/8)
Pilihan melawan digitalisasi dengan cara tetap melakukan metode regular dalam menjalankan bisnis dan tidak melakukan perubahan sehingga pilihan ini sulit dilakukan di era digital sekarang ini.
“Sejumlah negara seperti China lebih memilih pada pilihan kedua yakni compete atau membuat tandingan dengan membuat aplikasi baru. Seperti membuat Baidu sebagai mesin mencari seperti Google, sedangkan di Indonesia, misalnya, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) memilih compete dengan membuat aplikasi Bookingina.com sebagai langkah compete terhadap serbuan OTA asing,” ucap Arief.
Baca Juga
Dia menuturkan banyak dilakukan perusahaan korporasi besar di industri pariwisata seperti perhotelan dan biro perjalanan dengan melakukan join atau kerjasama dengan perusahaan aplikasi digital atau OTA.
“Dalam melakukan kerjasama harus ada aturan agar menguntungkan semua pihak, termasuk pengaturan pajak bagi beroperasi OTA asing di Indonesia,” katanya.