Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J. Rachbini menganggap pemerintah tak memiliki tim ekonomi yang solid.
Didik menyebut, indikasi dari ketidaksolidan di tim ekonomi adalah adanya ketidaksinkronan kebijakan dan benturan yang kerap melibatkan antarkementerian. Salah satu yang terjadi adalah pada pengelolaan inflasi dan nilai tukar.
"Sekarang tidak ada yang menjaga inflasi. Antarkementerian juga terkadang saling berkelahi," kata Didik di Seminar 'Ekonomi Pasca Pilkada' di Jakarta, Selasa (31/7/2018).
Kondisi ini, menurut Didik, berbeda saat Orde Baru, pengalaman buruk hiper inflasi pada 1965-1966 telah memaksa pemerintahan Orde Baru memiliki sensitivitas yang cukup tinggai terhadap laju inflasi.
Walaupun saat ini sensitivitas pemerintah terhadap inflasi mulai membaik, pekerjaan pemerintah untuk menstabilkan perekonomian juga masih sangat banyak.
Nilai tukar juga masih menyisakan banyak persoalan. Selain sensivitas yang masih rendah, ketidaksolidan antartim ekonomi juga memperparah kondisi tersebut.
"Nilai tukar juga sudah mencapai Rp14.500 akan sulit impor dan ini akan terjadi stabilisasi dengan sendirinya. Intinya ada masalah leadersip di sini," jelasnya.