Bisnis.com, JAKARTA — Produk teh bernilai tambah dinilai menjadi solusi di tengah tingginya hambatan ekspor komoditas tersebut dari Indonesia ke Uni Eropa.
Mantan Ketua Umum Dewan Teh Indonesia Rachmat Badruddin mengatakan, selama ini ekspor teh Indonesia menuju Uni Eropa (UE) didominasi oleh produk untuk bahan baku. Adapun selamai ini, ekspor bahan baku tersebut mendapatkan cukup banyak hambatan untuk masuk ke Benua Biru.
“Hambatan ekspor produk teh ke Uni Eropa tinggi sekali, terutama untuk produk sebagai bahan baku. Dengan adanya produk-produk teh bernilai tambah, maka akan menjadi peluang untuk menyiasati hambatan dagang yang ada selama ini,” ujarnya, Selasa (17/7).
Pemilik PT Kabepe Chakra tersebut menyebutkan, salah satu hambatan dagang non tarif (non-tariff barrier/NTB) dari UE berupa pemeriksaan maximum residue level (MRL) yang harus dilakukan dalam setiap pengapalan teh. Proses itu, disebutnya memakan waktu yang cukup lama dan menelan biaya yang sangat besar. Alhasil, biaya produksi teh menjadi meningkat drastis.
Sebagai informasi, produk teh Indonesia berhasil memenangkan penghargaan pada ajang International Gourmet Tea Competition “Teas of the World” Agency for the Valorization of Agricultural Products (AVPA)-Paris 2018 untuk kategori black tea di Paris, Prancis. Perusahaan yang menerima penghargaan adalah PT Bukitsari dengan produk merk Bankit wangi
Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kementrian Perdagangan Ari Satria mengatakan pemerintah sangat mengapresiasi penghargaan yang diberikan kepada produk teh Indonesia tersebut.
“Kita sangat mengapresiasi pencapaian ini, Kemendag terus berupaya mendiversifikasi produk teh Indonesia agar semakin bernilai tambah dan berdaya saing untuk memperkuat pasar ekspor komoditas teh, khususnya di Eropa,” katanya, seperti dikutip dari pres rilis Kementerian Perdagangan, Selasa (17/7/2018).
Sebagai informasi, produk teh yang diikutsertakan dibagi berdasarkan sembilan kategori, yaitu green tea, white tea, oolong clear, darjeeling, oolong moyen, oolong oriental beauty, oolong dark, blacktea, dan no category. Ajang yang memperebutkan 53 penghargaan ini diikuti 113 produk teh dari 15 negara.
Berdasarkan data Trademap tahun 2017, nilai impor Prancis untuk produk teh dengan atau tanpa varian rasa dengan kode HS 0902, mencapai US$168,37 juta. Sebanyak 25% dari nilai tersebut merupakan permintaan teh premium atau tea of origin, sementara sisanya adalah permintaan dalam bentuk teh celup yang dibeli di supermarket.
Pada tahun 2017 ekspor teh Indonesia ke dunia sebesar US$117,94 juta. Nilai ini meningkat 1,02% dibanding tahun 2016 yang tercatat sebesar US$116,75 juta. Pada tahun 2017, Indonesia menduduki peringkat ke-13 negara eksportir teh dunia dengan pangsa pasar 1,32% dari total ekspor teh dunia.