Bisnis.com, JAKARTA - Penggelontoran dana desa sejak 2015 memiliki dampak bagi pembangunan desa yang begitu masif. Bukan itu saja, dari sektor pariwisata, perekonomian dan kesehatan juga mendapat dampak signifikan dari dana desa yang setiap tahun mengalami kenaikan. Dana desa juga diyakini mampu mengurangi arus urbanisasi ke kota-kota besar.
"Saat ini, kami masih nunggu hasil dari Sensus Potensi Desa yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Mudah-mudahan pada September keluar hasil angka presentase terkait urbanisasi," kata Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo dalam keterangan persnya, Jakarta, Rabu (4/7/2018).
Menurut Eko, pengurangan urbanisasi sebagai dampak pembangunan desa tersebut sudah terlihat dengan sulitnya mencari para pekerja yang berasal dari desa yang bekerja secara informal atau pekerja yang bekerja pada pihak yang tidak berbadan hukum atau perusahaan, seperti babysitter, sopir, pembantu rumah tangga, dan tukang kebun.
Baca Juga
"Di kota-kota besar seperti Jakarta misalnya, kani melihat untuk cari pembantu, sopir, babysitter saat ini sudah mulai susah. Susah carinya itu karena mereka [pekerja dari desa] telah mendapatkan pendapatan yang mungkin sama atau sedikit lebih rendah dengan pendapatan di desa. Jadi, mereka akan lebih seneng bekerja di desa kalau ada pekerjaan," katanya.
Eko menambahkan bahwa lapangan pekerjaan di desa saat ini mulai digencarkan dengan sejumlah program dari pemerintah. Misalnya dengan adanya dana desa yang dilakukan secara padat karya tunai yang pekerjanya berasal dari masyarakat desa setempat atau tidak menggunakan kontraktor.
Selain itu dengan adanya desa-desa wisata dan program produk unggulan desa yang nantinya akan banyak menyerap tenaga kerja. "Kalau kita mengacu pada data BPS, saat ini angka pengangguran terbuka di desa jauh lebih kecil dari pada angka pengangguran terbuka di kota," katanya.