Bisnis.com, JAKARTA — Ekspor Jepang kembali menguat pada Mei dengan laju tercepat dalam 4 bulan yang ditopang oleh meningkatnya pengiriman mobil, komponen mobil, dan peralatan semikonduktor. Hal itu menunjukkan permintaan global terus menguat.
Kementerian Keuangan Jepang merilis data ekspor meningkat 8,10% pada Mei dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Perolehan tersebut lebih tinggi daripada perkiraan ekonom yang disurvei Reuters di level 7,50%, sedangkan ekspor Negeri Sakura pada April juga menguat 7,80%.
Ekspor dari Jepang diperkirakan terus meningkat didukung oleh peningkatan permintaan peralatan manufaktur, mobil, dan komponen mobil.
Akan tetapi, surplus perdagangan dengan Amerika Serikat membuat Jepang rentan terhadap ancaman kebijakan proteksionisme Presiden AS Donald Trump.
Ekspor Jepang ke AS meningkat 5,80% secara tahunan pada Mei, lebih laju daripada 4,30% pada bulan sebelumnya karena meningkatnya pengiriman komponen mobil.
Sementara itu, impor dari AS juga meningkat 19,90% secara tahunan karena impor pesawat terbang dan batu bara dari Negeri Paman Sam juga meningkat.
Alhasil, surplus perdagangan Jepang dengan AS berhasil ditekan menjadi 17,30% secara tahunan menjadi 340,7 miliar yen (US$3,08 miliar), terendah sejak 2013.
Kendati demikian, penurunan surplus perdagangan dengan AS tampaknya tidak akan membuat Gedung Putih berhenti mengkritisi apa yang disebut pemerintahan Trump sebagai kebijakan perdagangan tidak adil.
Shuji Tonouchi, Senior Market Economist di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities, menilai bahwa ekspor Jepang masih akan melanjutkan pemulihan. Namun, dia khawatir dengan laju pertumbuhannya.
"Friksi antara AS dan China terkait dengan kebijakan perdagangan dapat berdampak ke Jepang. Hal ini merupakan faktor risiko bagi Jepang dan perdagangan global," katanya seperti dikutip Reuters, Senin (18/5/2018).