Bisnis.com, JAKARTA— Pemerintah Amerika Serikat dan China sama-sama menyiapkan rencana pengenaan tarif impor di anatara dua negara tersebut hingga bernilai US$50 miliar.
Pemerintah AS menyiapkan daftar berisi 800 produk China yang dikenai tarif tinggi mulai 6 Juli mendatang. Produk ini meliputi mesin dan peralatan manufaktur, barang elektronik hingga alat transportasi.
Sementara itu, pemerintah China merespons dengan akan memberlakukan tarif 25% terhadap 659 produk AS, mulai dari kedelai, makanan laut, hingga mobil senilai US$50 miliar.
Ketika ditanyakan masuknya produk pertanian dalam aksi perang tarif China dan AS, Peneliti Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengemukakan dampaknya bisa cepat terasa oleh pelaku usaha.
“Produk agri menyentuh masyarakat lapis bawah. (Bisa memicu) protes petani. {Agri juga merupakan) salah satu (sektor dengan) serapan tenaga kerja yang besar,” kata Bhima kepada Bisnis.com, Minggu (17/6/2018).
Sektor pertanian juga rentan terhadap gangguan. “Kendala karena bahan makanan, efeknya juga terasa dalam jangka pendek,”kata Bhima.
Bola Liar Perang Dagang
“(Saling berbalas pengenaan tarif antara AS dan China), ke depan akan (berpotensi menjadi) menjadi bola liar perang dagang,” kata Bhima.
Bhima mengemukakan sikap China, karena pemerintah AS memulai dulu “genderang perang perdagangan”di anatara keduanya. Apalagi AS akan mengenakan tarif impor produk asal China hingga senilai US$50 miliar.
“AS mulai duluan. Chima imbangi dengan hal sama,” kata Bhima.
China katanya, juga akan melakukan proteksi barang yang masuk dari AS. “Intinya ingin mencapai nilai tarif sama.”
Dia mengemukakan kompensasi tidak akan selesai saat ini.
“China (kemungkinan) akan lakukan banyak sekali. (Mungkin mulai dari) Harley Davidson, jeruk florida, hingga kacang kedelai,” kata Bhima.