Bisnis.com, JAKARTA — Bertambahnya penanaman modal, seperti pembukaan taman hiburan baru, di destinasi yang sudah populer dinilai tidak akan memberikan dampak yang signifikan bagi industri pariwisata nasional.
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari menjelaskan, recana pembukaan taman hiburan dengan brand internasional seperti Cartoon Network di Bali merupakan langkah aman semata dalam mencari keuntungan bisnis.
Namun, lanjutnya, dengan ukuran lahan yang hanya mencapai 4,3 hektare, proyek tersebut diyakini tidak akan cukup kuat untuk menjadi magnet yang akan mendatangkan banyak wisatawan mancanegara (wisman).
“Idenya tidak ada masalah, tetapi [proyek tersebut] hanya mencari aman untuk bisnis, bukan untuk mencari pengembangan destinasi baru. Sebagai daya tarik masih kalah dengan Disneyland di Hong Kong dan Jepang yang sudah cukup besar,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com baru-baru ini.
Menurutnya, dengan infrastruktur yang telah mapan, Bali memang dikenal sebagai salah satu pintu masuk wisman terbanyak di Indonesia. Data BPS mencatat jumlah kunjungan wisman melalui Bandara Internasional Ngurah Rai pada kuartal I/2018 mencapai 3,08 juta jiwa.
Akan tetapi, Azril berpendapat Indonesia memiliki segudang potensi alam yang autentik dan belum digali secara maksimal, selain Bali.
Dia berpendapat saat ini yang paling dibutuhkan adalah pengembangan pariwisata yang memberdayakan dan menyejahterakan masyarakat sekitar, dengan menggali potensi alam dan budaya atau kearifan lokal yang dimiliki daerah tersebut.
Azril menambahkan, keputusan membuka taman hiburan baru di Indonesia memerlukan kehati-hatian. Pasalnya, banyak negara yang telah memiliki taman hiburan ikonik berskala internasional, dengan ukuran lahan yang lebih luas dan fasilitas yang lengkap.
Sebagai perbandingan, taman hiburan Walt Disney World di Florida yang memiliki luas 10.100 hektare, Disneyland Hong Kong 27,5 hektare, dan Disneyland Jepang 46 hektare. Adapun, yang terdekat, Singapura memiliki Universal Studio dengan luas 20 hektare.
“Kalau untuk bisnis tidak ada masalah, tetapi sayang kalau untuk [pariwisata] Indonesia semuanya ditumpukkan di Bali, dianggap Bali pusat dari semuanya. Padahal, di tempat lainnya banyak yang masih bisa dikembangkan,” tegasnya.
Turner Asia Pacific belum lama ini mengumumkan kerja sama lisensi dengan The MAJ Group, perusahaan properti dan pariwisata asal Indonesia yang digawangi oleh mantan menteri perdagangan, Gita Wirjawan.
Kerja sama tersebut ditujukuan untuk mengembangkan taman hiburan seluas 4,3 hektare di Bali yang ditargetkan beroperasi penuh pada 2020. Beberapa hiburan dan pertunjukan dengan karakter Cartoon Network akan ditampilkan, seperti Ben10, We Bare Bears, The Powerpuff Girls, dan Adventure Time.
Taman hiburan tersebut akan menggunakan brand internasional yang pertama di Indonesia, sekaligus menjadi taman hiburan Cartoon Network pertama yang memiliki atraksi dalam dan luar ruangan.
“Taman hiburan ini akan mengombinasikan desain kelas dunia dengan keramahan Bali. Di atas semua itu, taman hiburan itu juga menawarkan suasana menyenangkan yang diberikan Cartoon Network,” kata President of Turner Asia Pacific Ricky Ow, tanpa menyebutkan nilai investasi proyek tersebut.
Chairman The MAJ Group Gita Wirjawan menambahkan, proyek tersebut diharapkan membawa perubahan lanskap industri hiburan di Indonesia. Proyek yang dilakukan di kompleks Nusa Du, Bali itu digadang-gadang menjadi destinasi wisata keluarga unggulan di Asia dan salah satu destinasi wisata andalan dunia.
Selain di Indonesia, taman hiburan Cartoon Network dengan lisensi Turner International a.l. Cartoon Network Amazone di Thailand, IMG Worlds of Adventures di Dubai, Amaazia di India, dan Cartoon Network Wave Cruise Liner di Asia Pasifik.