Bisnis.com, JAKARTA—Permintaan produk makanan dan minuman menjelang Lebaran terus meningkat.
"[Permintaan] Mei memang bagus karena menjelang Lebaran," kata Adhi S Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), Senin (4/6/2018).
Pada Ramadan dan Lebaran, Adhi memperkirakan permintaan masyarakat terhadap produk makanan dan minuman meningkat 20% dibandingkan dengan bulan-bulan biasa. Namun, permintaan untuk produk tertentu, seperti sirup, biskuit, kolang kaling dan nata de coco dapat meningkat hingga dua kali lipat.
Dia berharap pemerintah memberikan stimulus agar konsumsi masyarakat kembali terangkat melalui program bantuan dana langsung, dana desa, dan percepatan pemberian gaji ketiga belas. Dengan demikian permintaan yang menguat ini akan berlanjut hingga setelah Lebaran.
Pabrikan berencana menaikkan harga seusai Lebaran jika pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus berlangsung. Evaluasi harga ini perlu dilakukan karena dampak pelemahan nilai tukar tersebut cukup besar bagi perusahaan yang ketergantungan impornya tinggi.
Adhi memperkirakan kenaikan harga sekitar 3% hingga 7%. Kendati demikian, dia juga menyampaikan pengusaha mengkhawatirkan kenaikan harga produk akan menggerus omzet.
Selain kondisi nilai tukar, pelaku industri juga bakal melihat kondisi daya beli masyarakat setelah Lebaran sebagai pertimbangan. Terkait harga sebelum Lebaran, Adhi memastikan tidak akan ada kenaikan karena pabrikan telah meningkatkan produksi sejak Maret.
"Yang penting buat pengusaha, nilai tukar harus stabil. Seharusnya dalam kondisi pelemahan rupiah, ekspor didorong. Namun, karena banyak hambatan seperti nontarif dan aturan keamanan pangan negara-negara tujuan, ekspor belum maksimal," katanya.