Bisnis.com, CIANJUR - Pengusaha tahu dan tempe di Cianjur, Jawa Barat terpaksa mengurangi ukuran karena kenaikan harga kedelai akibat nilai tukar dolar yang juga naik.
"Sejak beberapa hari terakhir nilai tukar rupiah melemah satu dolar Rp14 ribu, sedangkan bahan baku kedelai masih impor, kalau nilai tukar melemah otomatis harga berdasarkan rupiah meningkat," kata Ketua Koperasi tahu Tempe (Kopti) Cianjur, Hugo di Cianjur Jumat (18/5/2018).
Dia menuturkan kenaikan harga bahan utama tahu tempe tersebut sedikit banyaknya memengaruhi tingkat produksi dan keuntungan produsen hasil olahan kedelai.
"Ketika harga bahan baku naik, ongkos produksi ikut naik. Karena sudah sering terjadi biasanya produsen tahu dan tempe sudah bisa menyiasati salah satunya mengurangi ukuran tahu atau tempe," katanya.
Dia berharap nilai tukar rupiah ke dolar dapat kembali stabil agar harga kedelai ikut stabil, sehingga 250 perajin tahu dan tempe tetap hidup.
Jajang Sujana (47) seorang pedagang sekaligus produsen tahu dan tempe mengatakan kenaikan harga kedelai diangka Rp40 ribu per kilogram, membuat pihaknya terpaksa mengurangi ukuran produk.
"Untuk tahu misalnya dari yang biasa 10 kilogram kedelai bisa menghasilkan 500 buah tahu kotak, saat ini dibuat menjadi 550 kotak atau berdasarkan papan cetakan, sebelumnya hanya 8 papan saat ini menjadi 9 papan," katanya.
Hal tersebut disiasati agar ke naikan harga tidak berdampak terhadap hilangnya pembeli atau pelanggan pindah ke penjual lain.
"Harga tetap namun ukuran diperkecil termasuk untuk tempe biasanya sedikit lebih tipis," katanya.
Perubahan ukuran tersebut, kata dia, kerap dikeluhkan konsumen, namun setelah dijelaskan jika harga kedelai naik, sebagian pelanggan bisa menerima.
"Ada yang mengerti ada juga yang tidak, banyaknya sih yang sudah paham. Jadi tidak terlalu panjang menjelaskan kenapa ukurannya jadi kecil. Harapan kami harga kembali normal agar penjual dan pembeli sama-sama diuntungkan," katanya.