Bisnis.com, JAKARTA— PT Garuda Berjangka memprediksi kinerja ekspor pada April 2018 akan terkerek.
“Ekspor (akan) mengalami peningkatan 12% yoy,” kata Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim kepada Bisnis.com, hari ini, Selasa (15/5/2018).
Dia mengemukakan kemungkinan besar akan terjadi peningkatan ekspor yang cukup besar, sementara impro akan tumbuh mesti tidak terlalu signifikan meski akan memasuki Ramadan.
“Surplus neraca perdagangan ini akan menjadi sentiment positif untuk pasar, (antara lain bisa mendorong kembali penguatan) rupiah,” kata Ibrahim.
Seperti diketahui, neraca Perdagangan Maret 2018 tercatat mengalami surplus sebesar US$1,09 miliar. Surplus ini merupakan surplus pertama sejak Januari 2018 (Bisnis.com, 16 April 2018).
Nilai ekspor Maret 2018 mencapai US$15,58 miliar atau naik 10,24% dari bulan sebelumnya.Nilai ekspor tersebut ditopang oleh ekspor nonmigas yang mencapai yang tumbuh 11,77%. Sementara itu, ekspor migas turun 3,61%. Penurunan ekspor migas ini disebabkan oleh turunnya nilai ekspor gas sebesar 9,67%.
Sementara itu, ekspor nonmigas Maret 2018 tercatat sebesar dipicu oleh pertumbuhan ekspor pertanian dan pertambangan yang meningkat masing-masing sebesar 20,01% dan 22,66% menjadi US$280 juta dan US2,78 miliar.
Peningkatan ekspor pertambangan yang signifikan ini ditopang oleh komoditas batu bara yang tumbuh 24% dan biji tembaga sebesar 36%.
Adapun, nilai impor Maret 2018 mencapai US$14,49 miliar atau naik 2,13% dibandingkan posisi Februari 2018. Kenaikan impor terjadi kenaikan impor migas dan nonmigas sebesar masing-masing 1,24% dan 2,30%.
Sementara itu, impor barang konsumsi turun 12,80% menjadi US$1,20 miliar disebabkan berakhirnya masa impor beras pemerintah. Adapun, impor kurma mengalami kenaikan 86% dibandingkan Februari 2018. Impor ini begerak seiring puasa yang akan jatuh pada Mei 2018.