Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pupuk Indonesia Capai Rekor Produksi Tertinggi

PT Pupuk Indonesia mencapai rekor produksi tertinggi pada tahun lalu sebesar 11,42 juta ton.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Aas Asikin Idat (tengah), Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia Achmad Tossin Sutawikara (kiri), dan Direktur Keuangan Pupuk Indonesia Indarto Pamoengkas (kanan)./JIBI-Annisa Sulistyo Rini.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Aas Asikin Idat (tengah), Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia Achmad Tossin Sutawikara (kiri), dan Direktur Keuangan Pupuk Indonesia Indarto Pamoengkas (kanan)./JIBI-Annisa Sulistyo Rini.

Bisnis.com, JAKARTA—PT Pupuk Indonesia mencapai rekor produksi tertinggi pada tahun lalu sebesar 11,42 juta ton.

Angka produksi tersebut naik 9,28% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 10,45 juta ton. Untuk produksi produk non pupuk, yang terdiri dari produk seperti asam sulfat, asam fosfat dan produk sampingan lainnya, mencapai 5,42 juta ton dari target sebesar 5,8 juta ton.

Aas Asikin Idat, Direktur Utama Pupuk Indonesia, mengatakan kenaikan produksi tersebut didorong oleh pabrik baru yang mulai beroperasi, yaitu Pusri 2B dengan kapasitas terpasang 970.000 ton per tahun.

“Selain itu, reliabilitas pabrik juga terus meningkat sehingga mengurangi terjadinya unscheduled shutdown," katanya di Jakarta, Selasa (8/5/2018).

Lini produksi baru tersebut juga mendorong penurunan rasio konsumsi gas bumi untuk produk urea, dari rata-rata 29,86 MMBTU per ton menjadi 28,69 MMBTU per ton. 

Sejalan dengan peningkatan produksi tersebut, penyaluran pupuk bersubsidi Pupuk Indonesia juga naik menjadi 9,3 juta ton dengan perincian urea sebesar 4,1 juta ton, NPK sebesar 2,68 juta ton, SP36 sebesar 851.000 ton, ZA sebesar 961.000 ton, dan pupuk organik sebesar 688.000 ton. 

Jumlah penyaluran pupuk subsidi tersebut meningkat dari 9,18 juta ton pada 2016, sedangkan penjualan ke sektor nonsubsidi mencapai 2,19 juta ton. 

Aas menuturkan meskipun dapat menyalurkan pupuk bersubsidi dalam jumlah lebih besar dibandingkan dengan 2016, biaya penyaluran subsidi menurun sehingga menghemat beban biaya subsidi yang dibayarkan pemerintah. 

“Kami menerapkan kebijakan untuk menekan biaya-biaya, terutama efisiensi konsumsi bahan baku dan biaya distribusi pupuk, sehingga perusahaan turut berkontribusi mengurangi beban subsidi pemerintah senilai Rp1,88 triliun," kata Aas. 

Dari sisi kinerja, perseroan mencatatkan laba melebihi target yang ditetapkan pemegang saham, yaitu sebesar 150,2% dari target RKAP. Pada 2017, BUMN pupuk tersebut mencatatkan laba senilai Rp3,08 triliun, lebih besar dari target sebesar Rp2,05 triliun, dengan total pendapatan mencapai Rp58,96 triliun.

Aas menuturkan pencapaian tersebut sebenarnya lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh efisiensi yang dilakukan perseroan sehingga mengurangi pendapatan subsidi dan penurunan harga komoditi urea dan amoniak internasional sehingga mengurangi pendapatan dari sektor pupuk nonsubsidi.

Pendapatan Pupuk Indonesia dari sektor pupuk bersubsidi berkurang dari Rp26,85 triliun menjadi Rp24,97 triliun pada tahun lalu. Meskipun demikian, penyaluran pupuk bersubsidi pada 2017 justru mengalami peningkatan dari 9,18 juta ton menjadi 9,30 juta ton. 

“Ini membuktikan walaupun kita melakukan efisiensi, tidak mengurangi pelayanan kita ke sektor PSO," tambahnya. 

Untuk pengembangan bisnis, sepanjang tahun ini Pupuk Indonesia mengalokasikan belanja modal senilai Rp5,5 triliun untuk ekspansi fasilitas produksi. Salah satunya, ekspansi pabrik NPK, Pupuk Indonesia menambah kapasitas produksi karena kebutuhan dalam negeri diperkirakan terus meningkat.

Pengembangan NPK menjadi prioritas Pupuk Indonesia ke depan untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Pupuk NPK dinilai telah terbukti memberikan hasil yang optimal dalam meningkatkan produktivitas tanaman, baik itu tanaman pangan maupun perkebunan. 

Selain pembangunan proyek NPK, upaya lain untuk meningkatkan daya saing adalah melalui adalah peningkatan efisiensi pabrik dengan melakukan revitalisasi pabrik. Sejauh ini, Pupuk Indonesia merevitalisasi tiga pabrik, salah satunya adalah pabrik Pusri 2B yang menggantikan Pabrik Pusri 2 yang telah berumur lebih dari 40 tahun. 

Pupuk Indonesia juga tengah membangun pabrik amoniak dan urea (Amurea) II PT Petrokimia Gresik yang diperkirakan rampung pada kuartal III tahun ini. 

Sementara itu, Corporate Secretary Petrokimia Gresik Yusuf Wibisono menuturkan kapasitas pabrik amoniak dan urea tersebut masing-masing sebesar 660.000 ton per tahun dan 570.000 ton per tahun. 

Pabrik amoniak mulai 15 Maret 2018 akan memasuki tahap commissioning, sedangkan pabrik urea mulai commissioning pada Mei 2018. Pembangunan fisik pabrik tersebut saat ini disebutkan telah mencapai 98,85%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper